Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, bertemu dengan Menlu Uni Emirat Arab (UEA), Abdullah bin Zayed, untuk membahas perkembangan terkini di Laut Mediterania timur.
Saat ini, terjadi eskalasi ketegangan antara militer Turki dan Yunani di kawasan laut ini terkait klaim pengelolaan cadangan gas di sana.
“Kedua pihak membicarakan kerja sama di sejumlah bidang,” begitu dilansir kantor berita WAM dari UEA dan dikutip Arab News, Sabtu (5/9/2020).
Bin Zayed mengataka ada hubungan persaudaraan mendalam antara UEA dan Mesir dan keinginan memperkuat satu sama lan dan pengembangan area kerja sama.
Pertemuan ini bertepatan dengan penolakan Yunani untuk melakukan pembicaraan dengan Turki, yang dimediasi NATO.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan sebelumnya kedua pemerintah negara anggota organisasi itu bersedia untuk berbicara dan menurunkan eskalasi.
Baca Juga
Bin Zayed juga menyatakan penolakan negaranya terhadap semua langkah yang bisa mengancam stabilitasi di kawasan Mediterania timur.
Pada Agustus, Mesir dan Yunani menandatangani garis demarkasi perbatasan maritim. Saat itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan sebagai hal yang tidak bermanfaat.
Pemerintah Mesir mengaku terkejut dengan pernyataan itu. Ini karena isi detil perjanjian tidak diketahui pihak lain.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, telah meminta Yunani dan Turki untuk melakukan deeskalasi ketegangan di Laut Mediterania terkait sengketa garis perbatasan.