Bisnis.com, JAKARTA – China membiarkan mata uang yuan menguat lebih cepat di tengah upaya menurunkan biaya impor dan meningkatkan belanja konsumen.
Dilansir dari Bloomberg, ini adalah salah satu teori yang digembar-gemborkan oleh DBS Bank Ltd. dan Mizuho Bank Ltd., yang mengatakan penguatan yuan sangat ideal untuk Beijing pada saat Presiden China Xi Jinping mendorong ekonomi menjadi lebih mandiri.
Ini menandai pergeseran dari kekhawatiran para pejabat bahwa penguatan yuan akan melemahkan ekspor negara itu ke dunia.
Penetapan mata uang harian menunjukkan bahwa China mengincar akselerasi kenaikan penguatan yuan. People Bank’s of China (PBOC) juga menahan diri untuk tidak mengirimkan sinyal peringatan kepada para pelaku pasar, bahkan ketika yuan naik hampir 5 persen terhadap dolar AS sejak akhir Mei, menuju tertinggi dalam lebih dari setahun.
Penetapan mata uang harian yuan, yang sering digunakan PBOC untuk membatasi penguatan mata uang, umumnya mengikuti penguatan pasar karena dolar melemah.
Penguatan yuan juga membantu menurunkan ketegangan dalam hubungan dengan Amerika Serikat, setelah Presiden Donald Trump telah lama menuduh China membuat yuan tetap lemah.
Baca Juga
Selain itu, bank nasional akan lebih cenderung menahan mata uang yang tidak terdepresiasi, yang pada gilirannya akan membantu Beijing mengurangi ketergantungan sektor keuangan pada dolar AS.
"Toleransi terhadap penguatan yuan terjadi ketika mata uang didorong secara fundamental," kata direktur dan analis valuta asing senior HSBC Holdings Plc, Wang Ju..
"Penguatan yuan akan membantu China melakukan diversifikasi jauh dari dolar AS dan mengoptimalkan alokasi sumber dayanya,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Reli mata uang sejak titik nadir tahun ini pada akhir Mei telah menjadikan yuan salah satu yang mencatat kinerja terbaik di Asia, dengan momentum pembelian masih mendekati yang terkuat sejak Januari.
Penguatan tersebut membantu China, yang dilaporkan akan membeli kedelai Amerika dalam jumlah rekor tahun ini, karena harga yang lebih rendah membantu meningkatkan pembelian berdasarkan kesepakatan perdagangan.
Tapi tetap saja, ekonomi tetap rapuh, dengan impor di China terus mengalami kontraksi, sementara penjualan ritel lebih buruk daripada yang diperkirakan ekonom selama lima bulan berturut-turut.