Bisnis.com, JAKARTA - Menyusul gempuran yang tak kunjung surut dari Amerika Serikat dan sekutunya, China kini memfokuskan diri pada ekonomi dalam negeri.
Para pemimpin utama China bulan depan akan menjabarkan strategi ekonomi untuk lima tahun ke depan yang akan mencakup peningkatan konsumsi domestik dan upaya menciptakan teknologi penting di dalam negeri. Hal itu untuk melindungi ekonomi terbesar kedua di dunia itu dari tensi global yang meningkat dan ketegangan geopolitik.
Presiden Xi Jinping baru-baru ini menyebut strategi itu sebagai sirkulasi ganda, yakni usaha untuk membuat ekonomi domestik yang lebih mandiri sebagai pendorong pertumbuhan utama China, dilengkapi dengan teknologi dan investasi asing.
Pada pertemuan komite pusat partai, Xi menyebut konsep tersebut sebagai reformasi tingkat dalam yang sistematis.
"Kebijakan baru adalah keputusan strategis yang dibuat sesuai dengan perubahan tahap pembangunan, lingkungan dan kondisi China," katanya, dilansir Bloomberg, Rabu (2/9/2020).
Upaya agresif Presiden Donald Trump untuk menekan ekspansi perusahaan China dan membatasi akses mereka ke teknologi AS mempercepat pergeseran ini. Perubahan kebijakan ini mungkin berdampak pada arus barang dan jasa di seluruh dunia jika hal itu mendorong upaya bersama untuk menggantikan impor, yang berpotensi memperdalam perpecahan dengan AS.
Baca Juga
"Ide sirkulasi ganda muncul sebagian sebagai reaksi terhadap upaya tanpa henti dari AS untuk mencoba merekayasa pemisahan China dari ekonomi dunia, dan sebagian sebagai akibat dari pandemi Covid-19," kata Shang-Jin Wei , seorang ahli China di Columbia Business School di New York.
Ada beberapa gambaran sekilas tentang arti kebijakan tersebut. Pada Juli lalu, Xi menyerukan merek mobil nasional yang lebih kuat dan mengembangkan teknologi utama di dalam negeri, tetapi juga mendesak eksekutif asing untuk tinggal di China dan berinvestasi lebih banyak. Dalam pidatonya minggu lalu, dia mengatakan China membutuhkan inovasi yang lebih kuat dan terobosan dalam teknologi utama secepat mungkin.
Reformasi semacam itu pertama kali disebutkan pada November 2015 dengan sedikit penjelasan, tetapi kemudian diwujudkan dalam reformasi seperti pengurangan utang dan pemotongan besar-besaran pada kelebihan kapasitas dalam baja dan batubara.
Kini setelah lima tahun berlalu, rancangan rencana itu kembali dibahas setelah China mengalami tahun-tahun yang sulit, dilanda oleh efek setelah ledakan gelembung saham dan devaluasi mata uang, perang dagang dan pandemi Covid-19, yang mendorongnya ke dalam kontraksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kini kepemimpinan di Beijing harus merancang strategi pertumbuhan yang melindungi kepentingan dalam negeri dari serangan AS tetapi sekaligus juga tidak mengasingkan negara lain.
"Xi sebenarnya tidak menyarankan agar China mundur dari panggung dunia. Sebaliknya, slogan 'sirkulasi ganda' adalah upaya untuk memiliki keduanya, agar China mendapatkan kendali lebih besar atas pertumbuhan jangka panjangnya tanpa kehilangan perannya sebagai pusat ekonomi global," tulis Gilliam Collinsworth Hamilton, seorang analis China di Gavekal Dragonomics dalam sebuah laporan.
Mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi dan menggenjot pertumbuhan telah menjadi kebijakan inti selama lebih dari satu dekade dan telah menunjukkan beberapa keberhasilan, dengan konsumsi rata-rata 64 persen dari produk domestik bruto pada 2016-2019, naik dari 54 persen dalam lima tahun sebelumnya.
Namun, dampak dari pandemi dan kontraksi yang diakibatkannya menyoroti kelemahan konsumsi, dengan penjualan ritel menyusut selama tujuh bulan pertama tahun ini karena penguncian dan kehilangan pendapatan atau pekerjaan. Itu berarti pendorong utama pertumbuhan pada 2020 sekali lagi menjadi pengeluaran stimulus pemerintah, investasi dan ekspor.
Tidak jelas bagaimana tanggapan negara lain tentang rencana baru ini. Dalam pidatonya pada Agustus, Xi menekankan bahwa perubahan kebijakan bukanlah tentang sirkulasi domestik yang terisolasi, tetapi lebih merupakan struktur terbuka yang akan melibatkan hubungan yang lebih besar dengan sistem global.
Namun, kebijakan industri 'Made in China 2025' sebelumnya memicu kekhawatiran di Jepang, Jerman, AS, dan tempat lain, yang kedengarannya seperti rencana untuk melemahkan dan menggantikan industri negara lain. Rencana itu menghilang dari wacana resmi setelah menjadi target dalam ketegangan perdagangan dengan AS, tetapi tujuan yang mendasari pengembangan teknologi yang tumbuh di dalam negeri untuk memastikan kemandirian China tetap ada.
Menurut Eswar Prasad, yang pernah memimpin tim IMF China, dengan membungkus rapi sejumlah tujuan kebijakan yang ada, sirkulasi ganda memasukkannya ke dalam kerangka kerja yang menggabungkan dinamisme domestik dengan ketahanan yang lebih besar terhadap guncangan eksternal.
"Ini terkait dengan aspirasi nasionalis untuk menjadi kurang bergantung pada sumber eksternal untuk permintaan, teknologi, dan pembiayaan," kata tim IMF China.