Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Dubai menyewa Dubai Islamic Bank untuk menawarkan obligasi dan sekuritas Islam dalam dolar, mengikuti tetangganya Teluk Arab yang telah menerbitkan utang luar negeri untuk menopang keuangannya.
Dalam pengelolaan penjualan sukuk ini, Dubai Islamic Bank bersama-sama dengan Emirates NBD Capital, First Abu Dhabi Bank PJSC, HSBC Holdings Plc dan Standard Chartered Plc sebagai manajer utama bersama. Mereka mengatur panggilan investor di seluruh Asia, Timur Tengah dan Eropa mulai Senin.
Dilansir Bloomberg, Senin (31/8/2020), pemerintah pusat bisnis utama Timur Tengah itu menjual sukuk 10 tahun dan obligasi 30 tahun. Hal ini dikatakan oleh seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut, yang tidak berwenang untuk berbicara di depan umum dan meminta untuk tidak disebutkan namanya. Adapun, nilai surat utang tersebut dipeprkirakan setara dengan US$ 500 juta.
Dubai mengikuti pemerintah lain dari kawasan yang telah menjual surat utang dolar atau sedang memulai proses penerbitannya karena memanfaatkan momentum biaya pinjaman yang rendah. Apalagi Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada pekan lalu sudah memberi isyarat bahwa suku bunga AS akan tetap rendah lebih lama.
Dengan jumlah sekitar US$14 triliun surat utang yang menghasilkan yield negatif di seluruh dunia, investor tengah mencari pengembalian yang lebih tinggi.
“Selama emiten tidak terlalu rakus pada harga, permintaan akan tinggi,” kata Carl Wong, kepala pendapatan tetap Avenue Asset Management Ltd. di Hong Kong. "Sentimen sangat kuat untuk aset pasar berkembang."
Baca Juga
Adapun, Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, mengumpulkan US$5 miliar dalam penawaran tiga bagian surat utang pekan lalu. Bahrain juga berencana kembali ke pasar utang dolar, menurut sejumlah kalangan yang mengetahui masalah tersebut.
Seperti diketahui, ekonomi Dubai yang dibangun di atas perdagangan dan pariwisata di wilayah yang bergantung pada minyak kini telah tertekuk di bawah pandemi virus corona dan harga minyak yang rendah.
Utang pemerintahnya tidak diperingkat, tetapi penilai kredit baru-baru ini menjadi skeptis terhadap perusahaan lokal utama, seperti perusahaan utilitasa Dewa dan operator pelabuhan DP World, yang juga tengah mengalami penurunan peringkat tahun ini.
Pandemi juga memaksa Dubai, rumah bagi gedung tertinggi di dunia, untuk menunda pameran dunia tahun ini. Padahal aktivitas-aktivitas tersebut dipandang sebagai kunci untuk mendorong ekonomi yang sudah tumbuh lambat.
Pemerintah Dubai merevisi defisit anggaran untuk tahun 2020 menjadi 11,9 miliar dirham (US$3,2 miliar), dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,5 miliar dirham, menurut prospektus penjualan obligasi.
Kesenjangan anggaran dari enam anggota Dewan Kerjasama Teluk mungkin akan berjumlah US$75 miliar hingga US$80 miliar secara total, kata Anita Yadav, kepala eksekutif Global Credit Advisory di Dubai.