Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Filipina mempertahankan suku bunga acuan seiring dengan peninjauan efek dari kebijakan yang telah dilakukan untuk menahan penurunan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19.
Bangko Sentral ng Pilipinas mempertahankan suku bunga acuan di level 2,25 persen pada Kamis (20/8/2020), sebagaimana diperkirakan 17 dari 18 ekonom dalam survei Bloomberg. Seorang ekonom dalam survei ini mempredikasi penurunan 0,5 persen.
Dilansir Bloomberg, Kamis (20/8/2020), Gubernur Bank Sentral Filipina Benjamin Diokno mengatakan keputusan ini merupakan jeda yang menerapkan prinsip kehati-hatian.
Sementara, pemangkasan suku bunga acuan sebelumnya diberikan waktu untuk sepenuhnya bekerja, seiring dengan usaha Pemerintah Filipina melanjutkan penerapan kebijakan untuk mendorong kegiatan ekonomi.
Filipina terjerumus pada jurang resesi pada kuartal akhir lalu setelah kebijakan pencegahan penyeberan virus corona menekan angka konsumsi dan meningkatkan angka pengangguran secara signifikan. Pemerintah pun melonggarkan pembatasan untuk membantu pertumbuhan ekonomi, yang diperkirakan anjlok sekitar 6,6 persen pada 2020.
Sebelum diumumkan, indeks saham Filipina ditutup melemah 0,6 persen, sementara nilai tukar peso juga turun 0,2 persen ke 48,68 terhadap dolar AS.
Keputusan Bangko Sentral ini muncul juga setelah negara Asean lain, Indonesia dan Thailand, juga mempertahankan suku bunga acuan bulan ini untuk memberikan pelonggaran sebelumnya bekerja dengan baik.
Adapun, Bank Sentral Filipina menjadi yang paling agresif dalam melonggarkan kebijakannya di kawasan Asia, dengan memangkan bunga acuan sebanyak 175 basis poin sepanjang tahun berjalan. Kebijakan ini berdampak pada penurunan rasio cadangan bank-bank dan memompa likuiditas di sistem keuangan.
Diokno akhir-akhir ini mengirimkan sinyal bahwa pihaknya melihat dalam waktu dekat tidak diperlukan pemangkasan suku bunga acuan kembali.
"Otoritas moneter sepertinya memilih untuk menahan pemangkasan bunga acuan lanjutan pada 2020 dan melihat ke stimulus fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujar Nicholas Mapa, ekonom senior dari ING Groep NV di Manila.
Sementara untuk otoritas fiskal, menurutnya, perlu menggenjot stimulus untuk mencegah kontraksi ekonomi dua digit pada kuartal selanjutnya.