Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pemerintahnya tengah berupaya untuk melakukan tes Covid-19 di bandara dan pelabuhan. Langkah tersebut beriringan dengan pelonggaran aturan dan persyaratan bagi para pelancong yang sebelumnya harus isolasi mandiri saat kedatangan.
“In merupakan contoh mengapa tes secara masif bisa menolong. Kalau bisa punya teknologi tes sehingga hasilnya bisa dilihat dalam hitungan menit, daripada harus menunggu besok karena harus kirim spesimen ke laboratorium, bisa langsung terlihat bahwa orang ini menularkan virus atau tidak,” kata Hancock, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (20/8/2020).
Dengan banyak sekolah yang sedang liburan musim panas, persyaratan untuk isolasi mandiri bagi para pelancong setelah kembali dari luar negeri memperlihatkan bahwa ada kekhawatiran antara keinginan pemerintah untuk kembali hidup normal dan takut tingkat infeksi kembali meningkat.
Inggris juga baru-baru ini menambah daftar negara yang dilarang berkunjung dan dikunjungi, yaitu Spanyol dan Prancis, yang sempat dapat kritikan dari industri pariwisatanya.
Hancock mengatakan salah satu solusi cepatnya adalah dengan tes cepat (rapid test) virus corona secara massal.
"Untuk melakukan pengujian di mana-mana dan tersedia sehingga bisa membuka kembali segala macam hal, untuk mengurangi beban dari aturan karantina yang tidak diinginkan oleh siapa pun, dan memungkinkan kami untuk membuka kembali perekonomian,” jelas Hancock.
Baca Juga
Namun, dia menuturkan bahwa terdapat kendala adalah meskipun dites pada saat kedatangan, virus memiliki masa inkubasi hingga dua pekan, berarti harus ada tes ulang jika memang diperlukan untuk memastikan bahwa virusnya tidak berkembang setelah tes.
Saat ini Bandara Heathrow London juga tengah menantikan persetujuan daru pemerintah untuk membentuk pusat tes di kedatangan, di mana orang bisa bayar tes ketika mendarat, dan hasilnya bisa didapatkan dalam hitungan jam. Apabila hasilnya negatif, masa karantinanya bisa lebih singkat.
Terkait dengan perekonomian yang anjlok, CEO Heathrow Airport Ltd. John Holland-Kaye pada Rabu (19/8/2020) menyebutkan bahwa ada sekitar 25.000 pekerja yang terdampak di bandara utama Inggris tersebut karena penurunan jumlah perjalanan udara dan adanya aturan untuk karantina yang membuat orang malas terbang.
“Ini saatnya untuk ambil inisiatif, buka perbatasan kita dengan cara yang aman dengan memperbanyak tes, dan dengan cepat beralih ke tes yang harganya lebih terjangkau tapi akurasinya tinggi sehingga orang-orang bisa segera kembali hidup normal,” kata Holland-Kaye.
Jika sudah ada tes massalnya, imbuhnya, kemungkinan setidaknya ada 10.000 pekerja yang bisa diselamatkan orang-orang bisa lebih percaya diri untuk melakukan perjalanan udara lagi.