Bisnis.com, JAKARTA - Siapakah yang paling jago dalam mengungkapkan pidato menjelang HUT ke-75 RI? Apakah Presiden Joko Widodo, Ketua DPR Puan Maharani dan Ketua MPR Bambang Soesatyo?
Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengungkapkan ada beberapa kejutan yang sangat tidak disangka-sangka dalam pidato menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Ada aspirasi, kritikan dan juga sentilan.
Dalam sidang tahunan MPR DPR dan Pidato Kenegaraan Presiden jelang HUT Ke-75 RI tersebut, ketiga pidato menyampaikan sambutan dan sejumlah isu terkini yang perlu menjadi perhatian. Hendri Satrio memberi ponten pribadi untuk ketiga pejabat publik itu.
“Ketua MPR Bambang Soesatyo 7.5, Ketua DPR Puan Maharani 8, dan Presiden Jokowi 9,” katanya melalui pesan singkat kepada Bisnis, Jumat (14/8/2020).
Dia menjelaskan Bamsoet sejatinya dapat memberikan sambutan lebih baik pada pidato tadi. Menurutnya, Mantan Ketua DPR itu lebih banyak memberikan pujian atas kinerja MPR selama ini.
Padahal kata dia, Bamsoet dapat memberikan masukan kritik kepada pemerintah khususnya Presiden tentang kondisi bangsa dan menyampaikan aspirasi rakyat.
Bamsoet pada sambutan tadi sempat menyinggung tentang fungsi MPR yang terus menerima aspirasi rakyat. Dia juga menyinggung tentang dampak resesi, angka kemiskinan hingga meningkatnya utang pemerintah.
“Puan mungkin lebih ke faktor wow ya, surprise nggak nyangka isinya bagus, lebih komprehensif jadi secara subyektif saya lebih suka isi pidato Puan,” terangnya.
Adapun politisi PDI Perjuangan itu sempat menyinggung tentang pentingnya politik pembangunan untuk mengelola sumber daya bangsa.
Dia juga menjabarkan kekurangan pemerintah yang harus terus diperbaiki termasuk pelayanan kesehatan, penanggulangan bencana, penyempurnaan sistem jaminan sosial hingga regulasi pencegahan krisis ekonomi.
Cucu Presiden Soekarno itu juga menyampaikan beberapa kutipan menarik soal politik pembangunan. “Pembangunan tanpa arah politik yang jelas, ibarat kapal tanpa kompas.”
“Pembangunan tanpa dipimpin oleh visi misi politik pembangunan yang jelas, ibarat kapal tanpa nahkoda, yang akan hancur karena membentuk karang atau tenggelam karena diterjang badai,” kata Puan.
Sementara itu lanjut Hendri Satrio, pidato Presiden cukup bagus. Pasalnya Jokowi memulai pidato dengan membangun rasa, mengingatkan tentang keprihatinan dan mengajak untuk senantiasa semangat.
“Isinya dari makro sampai mikro ada. Presiden cukup objektif sih, bahkan dia sampaikan pekerjaan rumahnya yang banyak belum selesai. Fair,” ujarnya.
Dalam pidato pertama, Jokowi menyoroti kosongnya kursi di sidang tahunan dan sunyinya kegembiraan akibat pandemi Covid-19. Dia juga menyebut tentang reformasi fundamental yang mesti dilakukan untuk mengurangi dampak pagebluk termasuk pemberian insentif dan bantuan sosial.
Selain itu, Presiden turut menyentil media. Dia meminta media digital membangun nilai kemanusiaan dan tidak bergantung pada klik dan like. Mantan Gubernur DKI juga sempat menyindir kalangan yang merasa agamis dan pancasilais.