Spanyol, Jerman, Prancis, dan Italia
Spanyol
Spanyol menjadi salah satu negara yang paling terpukul akibat wabah virus corona. Ekonomi Spanyol nyaris terhenti pada Maret dan sebagian besar lumpuh hingga akhir Juni setelah menerapkan salah satu lockdown yang paling ketat di dunia.
Data National Statistics Institute menunjukkan bahwa perekonomian Spanyol terkontraksi 18,5 persen pada kuartal II/2020. Ini menjadi salah satu penurunan terdalah sejak pulih dari krisis keuangan global.
Kontraksi kuartal kedua ini terjadi setelah penurunan 5,2 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini, yang menjadi rekor terburuk kuartal. Sejarawan mengatakan hanya perang sipil 1936-1939 yang pernah menghantam ekonomi Spanyol paling parah.
Jerman
Sementara iut, Ekonomi Jerman jatuh ke jurang resesi setelah mencatat rekor penurunan pertumbuhan pada kuartal kedua, setelah lockdown menghantam bisnis dan rumah tangga di seluruh Eropa.
Ekonomi Jerman mengalami kontraksi -10,1 persen. Sebelumnya, ekonomi negara tersebut telah terperosok -2,2 persen pada kuartal I/2020. Kontraksi sebesar -10,1 persen tercatat sebagai kontraksi terbesar secara triwulanan sejak tahun 1970.
Dikutip dari Bloomberg, sumber kontraksi ekonomi tersebut dipicu oleh penurunan ekspor, pengeluaran konsumen dan investasi.
Sementara itu, indikator survei terbaru menandakan kembalinya pertumbuhan baru-baru ini.
Kendati demikian, tingkat pengangguran yang lebih tinggi tetap menjadi risiko, yang akan mengancam pemulihan ekonomi Jerman ke depannya.
Kecepatan rebound ekonomi negara ini akan bergantung pada kemanjuran dari stimulus 130 miliar euro atau US$153 miliar yang disepakati pada Juni lalu.
Prancis
Dilansir dari Trading Economics, ekonomi Perancis terkontraksi 5,3 persen pada kuartal I/2020. Prancis memasuki fase resesi teknis setelah pada kuartal IV/2019 mencatat kontraksi sebesar 0,1 persen.
Kontraksi pada kuartal I/2020 merupakan yang terparahkarena wabah Covid-19 memorak-porandakan perekonomian, dengan kegiatan yang tidak penting ditutup sejak pertengahan Maret.
Italia
Italia memasuki resesi pada kuartal I/2020 setelah mencatat kontraksi 5,3 persen dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Adapun, pada kuartal IV/2019 Italia mencatat kontraksi 0,3 persen.
Data ini menjadi kontraksi paling buruk sejak 1995 dan lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 5 persen.
Italia sangat dirugikan oleh pandemi virus corona selama bulan Maret. Di sisi produksi, kontraksi terlihat di semua industri utama: pertanian, kehutanan dan perikanan, industri dan jasa. Dari sisi permintaan, permintaan domestik dan eksternal berkontribusi negatif terhadap PDB.