Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Covid-19 Bikin Kriteria Orang Kaya di Mata Warga AS Menurun

Kini seseorang layak disebut kaya bila punya harta minimal US$ 2 juta, turun ketimbang standar minimal US$ 2,6 juta pada Januari 2020.
Suasana di California, Amerika Serikat, pada 22 Juni 2020. Sebagian orang tidak mengenakan masker meskipun negara itu masih didera pandemi Covid-19./Antara/Reuters
Suasana di California, Amerika Serikat, pada 22 Juni 2020. Sebagian orang tidak mengenakan masker meskipun negara itu masih didera pandemi Covid-19./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pukulan ekonomi akibat Covid-19 membuat warga AS menurunkan kriteria ukuran orang kaya di mata mereka. Setidaknya hal tersebut tampak dari hasil riset yang dipublikasikan lembaga Charles Swab, Senin (27/7/2020).

Riset itu menyimpulkan kini rata-rata orang AS menilai seseorang bisa disebut kaya bila punya uang minimal US$ 2 juta. Angka ini menurun ketimbang survei pada Januari 2020, yang menyimpulkan bahwa untuk disebut kaya seseorang harus punya duit minimal US$ 2,6 juta.

Standar US$ 2 juta ini juga lebih rendah dari batasan pada survei di tahun 2017, 2018, dan 2019 yang selalu memunculkan angka USS 2,4 juta.

Survei dilakukan Charles Swab dengan metode wawancara terhadap 1.000 orang perwakilan warga AS dari tiga generasi, yakni boomer, generasi X, serta generasi milenial.

Bila dijabarkan lebih jauh lagi, masing-masing generasi punya kriteria berbeda. Milenial misal, cenderung menganggap USS 1,7 juta adalah batas minimal seseorang bisa disebut kaya. Sedangkan rata-rata kalangan generasi X dan boomer memunculkan angka masing-masing US$ 2,1 dan US$ 2,2 juta.

Biasanya, Charles Swab melakukan survei semacam ini tiga kali dalam setahun. Bukan tidak mungkin standar orang kaya di mata warga AS bakal menurun lagi bila tren lonjakan kasus harian Covid-19 di Negeri Paman Sam tak kunjung bisa ditekan.

Sebagai catatan, mengacu data Johns Hopkins University per Senin (27/7) petang jumlah kasus positif Covid-19 di AS telah mencapai 4,31 juta. Sebanyak 1,3 juta orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 149.000 korban meninggal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper