Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar pemilih di Pilkada 2020 mengaku akan mencoblos atau memberikan suara kepada pasangan calon kepala daerah yang menerapkan new normal untuk perekonomian daerah saat pemungutan suara saat pilkada pada 9 Desember 2020.
Hal tersebut terungkap dari siaran pers lembaga riset Y-Publica terhadap 1.200 responden selama 1-10 Juli 2020.
Rudi Hartono, Direktur Eksekutif Y-Publica, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu telah memukul perekonomian, bahkan sebagian besar publik menyatakan akan lebih mendukung kepala daerah yang menerapkan normal baru atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) dibanding pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Sebanyak 85,1 persen responden survei lebih memilih pemimpin yang menerapkan New Normal dengan memperhatikan protokol kesehatan, seperti jaga jarak, memakai masker, dan cuci tangan," katanya Rabu (22/7/2020) melalui keterangan resminya, seperti dilaporkan Antara.
Menurut Rudi, masyarakat menginginkan kehidupan normal karena tidak ingin kehilangan pekerjaan dan pendapatan yang bisa berujung pada kelaparan.
Hanya sebagian kecil yang mendukung PSBB (10,3 persen), dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak menjawab (4,6 persen).
"PSBB dianggap sebagai pilihan orang-orang kaya yang egois dan tidak memiliki tanggung jawab kepada siapa pun, terutama karyawan atau buruh," katanya.
Bagi sebagian besar responden, normal baru dengan protokol kesehatan yang baik dianggap jalan terbaik untuk menangani dampak kesehatan sekaligus dampak ekonomi akibat pandemi.
Menurut Rudi, sikap publik ini harus menjadi perhatian bagi para kepala daerah, lebih-lebih menjelang pelaksanaan Pilkada.
"Kepala daerah petahana maupun calon kepala daerah yang memilih normal baru berpeluang meraih dukungan lebih besar dari para pemilih," ucapnya.
Survei Y-Publica dilakukan pada 1-10 Juli 2020 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon kepada responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2018. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.