Bisnis.com, JAKARTA – Kejadian banjir bandang di Luwu Utara pada Senin (13/7/2020) lalu masih membutuhkan penanganan lanjutan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sejumlah elemen masyarakat dan pemerintah terus bekerjasama membantu percepatan pembersihan material banjir bandang yang menutup jalan.
Raditya Jati, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam keterangan tertulisnya Minggu, (19/7/2020) menyebutkan berdasarkan laporan yang diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara, total jarak ruas jalan yang terputus akibat dampak banjir bandang sepanjang 12,8 Km.
Adapun rinciannya meliputi jalan Nasional Rumah Sakit - Tugu Masamba Affair sepanjang 0,8 Km, jalan Lingkar Kota Masamba sepanjang 4,2 Km, jalan Nasional Tugu Cokelat - SD Radda sepanjang 1 Km, jalan Radda - Meli sepanjang 4,6 Km, jalan Sabbang - Tallang sepanjang 1 Km, dan jalan Masamba - Kamiri sepanjang 1,2 Km.
Hingga 19 Juli 2020, ruas jalan yang telah dapat di lewat oleh masyarakat meliputi Jalan Jenderal Ahmad Yani depan Bandar Udara Andri Djemma Masamba, Jalan Andi Djemma dan beberapa jalan permukiman lainnya.
Sebelumya, terkait pembersihan ruas jalan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam kunjungannya ke Kabupaten Luwu Utara (16/7), memberi arahan bahwa kegiatan pembersihan jalan khususnya di Jalan Salawati Daud harus dilakukan mulai dari 16 Juli sampai 19 Juli 2020.
Baca Juga
Saenal salah satu relawan yang sedang bertugas memotong kayu-kayu yang terbawa bawaan arus banjir bandang mengatakan bahwa pembersihan di Jalan Salawati Daud cukup sulit dan memerlukan teknik khusus, terlebih ketika material lainnya yang terbawa banjir bandang merupakan puing bangunan yang di dalamnya terdapat paku dan kawat.
“Kami membantu memotong kayu untuk memudahkan tim yang menggunakan eskavator memindahkan material lumpur dan kayu-kayu. Namun cukup sulit bagi kami ketika menyusuri jalan ini karena ditemukan banyak material lainnya seperti paku dan kawat sehingga harus lebih berhati-hati,” jelasnya.
Di sisi lain, Saenal juga mengaku bahwa saat ini alat yang digunakan untuk memotong kayu atau senso masih terbatas. Sehingga hal itu memperlambat upaya pembersihan.
“Alat (senso) masih cukup terbatas. Disini tim kami hanya memiliki empat senso untuk melakukan pekerjaan,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Thamrin yang bertugas sebagai penanggungjawab pekerjaan pembersihan Jalan Salawati Daud, menjelaskan bahwa ruas ini merupakan jalan yang terdampak paling parah dalam peristiwa banjir bandang Luwu.
Untuk mempercepat proses pembersihan tersebut, Thamrin yang bekerja di salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang konstruksi telah mengerahkan 15 eskavator, empat bulldozer dan lebih dari 20 mobil truk.
Sementara itu, beberapa kendala yang dihadapi selama proses pembersihan adalah ketersediaan bahan bakar untuk alat berat serta tempat pembuangan sementara material lumpur dan kayu yang telah menutup jalan.
“Saat ini cukup terbatas ketersediaan bahan bakar, khususnya bahan bakar solar yang kami butuhkan. Tempat pembuangan sementara material lumpur dan kayu yang telah kami kerjakan juga terbatas, kami bahkan sampai harus izin meminjam tanah warga sebagai tempat pembuangan sementara,” ungkap Thamrin.