Bisnis.com, JAKARTA - Resesi teknis yang terjadi pada ekonomi Singapura dapat menjadi indikasi bahwa Indonesia juga akan mengalami kontraksi lebih dalam dari yang diperkirakan.
Mohamad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) mengatakan, situasi di Singapura menunjukkan tekanan resesi global yang lebih dalam.
Dia memperkirakan ekonomi Indonesia akan terkontraksi pada kuartal kedua, bahkan berpotensi berlanjut hingga kuartal ketiga dan keempat tahun ini.
"Indonesia memang belum resesi. Namun resesi itu sudah di depan mata," katanya kepada Bisnis, Selasa (14/7/2020).
Meski demikian, potensi kontraksi yang membayangi ekonomi Indonesia tidak akan sedalam Singapura karena faktor ketergantungan terhadap perdagangan internasional.
Menurut prediksi CORE, ekonomi Indonesia akan tumbuh -2 persen hingga -5 persen tahun ini.
Baca Juga
Berbeda dengan ekonomi Indonesia yang bertumpu pada konsumsi domestik, Singapura menggantungkan sekitar 60 persen pendapatannya pada ekspor-impor. Faisal melanjutkan, meski paparan Singapura terhadap resesi global sangat tinggi, kerentanan ekonominya rendah didukung cadangan devisa dan surplus anggaran pada tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Faisal, potensi domestik yang menjadi bantalan bagi ekonomi Indonesia harus dimanfaatkan untuk menggenjot pemulihan di masa pandemi.