Bisnis.com, JAKARTA - Di kawasan Kutub Utara dan sekitarnya, suhu udara musim dingin bisa mencapai minus 40 derajat celcius dan daratan diselimuti salju. Tak semua manusia sanggup hidup di alam seekstrem itu, terkecuali orang Eskimo.
Selama ribuan tahun, orang Eskimo mendiami bagian paling utara Bumi tersebut. Di mata orang luar, stereotip kelompok tersebut adalah pemakai jubah kulit binatang dengan rumah balok esnya yang bernama iglo.
Eskimo adalah sebutan untuk penghuni kawasan sekitar Kutub Utara. Wilayah itu mencakup Alaska (Amerika Serikat), Kanada, Greenland, dan Siberia (Rusia).
Menurut Encyclopaedia Britannica, jumlah orang Eskimo pada awal 2000-an diperkirakan sebanyak 135.000 jiwa. Meski demikian, ‘Eskimo’ tidak menggambarkan bangsa atau etnis tunggal. Ditilik dari bahasanya, Eskimo mencakup etnis Inuit, Inupiat, Yupik, dan Alutiit.
Di Kanada, berdiam etnis Inuit. Sensus pemerintah pada 2016 mendapati 65.025 orang Inuit. Mayoritas dari mereka (46,4 persen) ditemukan di Nunavut, sebuah wilayah berstatus teritori.
Kanada cukup menghargai eksistensi orang-orang Inuit dan etnis asli lainnya. Dalam penggolongan populasi, para penduduk asli dikelompokkan sebagai bangsa-bangsa pertama (first nations), bersanding dengan etnis pendatang asal Eropa dan Asia.
Meski demikian, orang Eskimo dianggap masih tertinggal dari para pendatang. Terlebih, mereka mendiami kawasan terpencil, sementara orang-orang keturunan Eropa bertempat tinggal di kawasan perkotaan.
Konsekuensinya, akses orang Inuit terhadap infrastruktur dan layanan publik tak sebaik saudara sebangsa lainnya. Disparitas ini dicemaskan orang Inuit ketika terjadi pandemi Covid-19.
Sampai-sampai The Inuit Circumpolar Council (ICC), organisasi Inuit lintas empat negara, mengingatkan pemerintah-pemerintah setempat untuk segera memperbaiki infrastruktur tempat etnis tersebut bermukim. Paling tidak kebutuhan dasar kesehatan seperti perumahan, air, dan selokan bisa dibangun sesegera mungkin.
Ilustrasi wilayah Alaska. /Dok. crc.alaska.org.jpg
ICC tidak ingin terulang kisah pahit masa lalu saat mewabahnya penyakit menular influenza dan tuberculosis. Salah satu sebab rentannya orang Inuit adalah tidak memiliki imunitas terhadap penyakit ‘bawaan’ kelompok pendatang tersebut.
“Dampak mematikan dari penyakit-penyakit itu diperparah dengan ketiadaan sumber daya dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mencegah dan meresponsnya secara efektif,” tulis ICC di situs resminya.
Kabar gembiranya, basis utama Inuit di Kanada, Nunavut, masih steril dari Covid-19. Pada 30 Juni, otoritas kesehatan setempat sempat mendiagnosis satu orang positif virus corona. Namun, menurut CBC, hasil itu dikoreksi pada Jumat (10/7/2020) menjadi negatif setelah dilakukan tes ulang di Ontario.
Sejak 18 Maret, Nunavut memberlakukan darurat kesehatan publik. Warga dilarang berkumpul, sekolah serta restoran tidak boleh dibuka. Status tersebut diperpanjang berkali-kali sampai habis berlaku pada 23 Juli.
Darurat kesehatan memang tidak serempak diberlakukan di seluruh Kanada. Provinsi Quebec mengawali pada 12 Maret, sedangkan Nova Scotia baru menerapkan pada 22 Maret.
Kanada mencakup 10 provinsi dan tiga teritori. Negara paling utara Benua Amerika itu berbentuk federal sehingga kewenangan bidang kesehatan berada di tangan pemerintah lokal.
Seperti juga di belahan dunia lain, wilayah terdampak pandemi Covid-19 paling berat adalah kawasan padat penduduk. Di Kanada, Quebec dan Ontario merupakan kontributor kasus positif dan jumlah korban meninggal terbesar.
Berdasarkan data resmi pemerintah, hingga Sabtu (11/7/2020) Quebec berada di peringkat pertama dengan 56.407 kasus, disusul Ontario dengan 36.594 kasus. Dua provinsi itu berkontribusi sekitar 87 persen dari total 107.000 kasus di Kanada.
Kota terbesar di Kanada, Toronto, berada di Ontario. Sementara itu, Quebec memiliki Montreal yang berstatus kota terbesar kedua. Adapun, Ibu Kota Ottawa yang berada di perbatasan Ontario-Quebec nomor enam terbesar di Kanada.
Infeksi Covid-19 perdana di Kanada ditemukan pada diri seorang warga pada 25 Januari di Toronto. Sepulang dari Wuhan, dia diperiksa dan ditemukan positif.
Sebelum kasus ditemukan, pemerintah sudah menyiapkan langkah antisipasi. Penanganan semakin dikatrol ketika istri Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Sophie Trudeau, positif virus corona pada 12 Maret.
MULAI MEMBAIK
Kubu oposisi dan pemerintah bergerak kompak di parlemen. Pada 24 Maret, parlemen menyetujui dana senilai 82 miliar dolar Kanada untuk mengatasi dampak Covid-19.
Paket stimulus semakin menggelembung dalam Canada’s Covid-19 Economic Response Plan. Tak kurang 230 miliar dolar Kanada (US$170 miliar) disiapkan pemerintah untuk sektor kesehatan dan ekonomi. Jumlah itu setara dengan 14 persen produk domestik bruto (PDB) Kanada.
“Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar pada sosial-ekonomi warga negara di setiap bagian negeri ini,” kata Menteri Keuangan Kanada Bill Morneau, Rabu (8/7/2020), di laman resmi pemerintah.
Menteri Keuangan Kanada Bill Morneau. /Dok. bmorneau.liberal.ca
Pemerintah memperkirakan 5,5 juta pekerja atau 30 persen dari angkatan kerja kehilangan mata pencaharian akibat penutupan kegiatan bisnis sepanjang Maret-April. PDB Kanada tahun ini diperkirakan terpotong 6,8 persen dari 2019, terburuk sejak Depresi Besar pada dekade 1930-an.
Meski demikian, kabar menggembirakan pelan-pelan mencuat. Pasalnya, sejumlah provinsi sudah melonggarkan pembatasan sosial dari pertengahan Mei.
Global News memberitakan sebanyak 953.000 pekerjaan baru tercipta di Kanada sepanjang Juni. Tambahan tenaga kerja terbesar terekam di Ontario (378.000 orang), disusul dengan Quebec (248.000 orang).
USMCA BERLAKU
Meskipun Kanada negara terluas kedua di dunia, perbatasan daratnya hanya dengan satu negara yakni Amerika Serikat. Mau tak mau, Kanada ikut kecipratan konstelasi sosial-politik-ekonomi negara tetangganya itu.
Pada 5 Juni, sebuah protes antirasisme berlangsung di Ottawa. Aksi itu terinspirasi gelombang unjuk rasa di AS menyusul kematian pria kulit hitam, George Floyd, di tangan polisi Kota Minneapolis, Minnesota, pada 25 Mei.
PM Trudeau nimbrung dalam unjuk rasa tersebut. Tak hanya itu, dia pun ikut berlutut sebagai simbol mengutuk kekejaman polisi Minneapolis.
Di AS, aksi berlutut gencar dilakukan oleh para politisi Partai Demokrat. Sebaliknya, Presiden Donald Trump emoh karena baginya ‘berlutut hanya kepada Tuhan Yang Mahakuasa’.
Sekalipun Kanada-AS bertetangga dan berhimpun dalam G-7, hubungan Trudeau dan Trump tidak terlalu hangat. Terlebih, Trump berhasil memaksa Kanada untuk memperbaharui kerja sama tiga negara dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA).
Trump mengklaim NAFTA tidak adil untuk AS dan lebih menguntungkan Kanada dan Meksiko. Politisi Partai Republik itu mengajak dua negara bernegosiasi ulang sejak pertengahan 2017.
Presiden AS Donald Trump berbicara selama acara di Fincantieri Marinette Marine di Wisconsin, Amerika Serikat pada Kamis (25/6/2020). (Thomas Werner/Bloomberg)
Hasilnya, Trump, Trudeau, dan Presiden Meksiko (2012-2018) Enrique Nieto menekan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (United States-Mexico-Canada Agreement/USMCA) pada 30 November 2018. Kanada menjadi negara terakhir yang meratifikasi USMCA pada 13 Maret 2020.
USMCA menjadi pemenuhan janji Trump selama masa kampanye Pilpres 2016. Politisi Partai Republik itu semakin bangga karena transformasi NAFTA menjadi USMCA didukung oleh Partai Demokrat di Kongres.
Tak heran bila Trump tetap menggelar seremoni aktivasi USMCA pada 1 Juli meskipun negaranya masih menghadapi pandemi. Perjanjian itu digadang-gadang dapat menciptakan hampir 600.000 pekerjaan baru di AS.
USMCA mengharuskan Kanada membuka pasarnya untuk produk pertanian dan peternakan AS. Kesepakatan juga mencakup bidang otomotif dan hak cipta.
Situs World's Top Exports menyebutkan AS merupakan tujuan 75 persen produk ekspor Kanada. Tahun lalu, nilai pengapalan ke Negeri Paman Sam sebesar US$337 miliar. Kanada menikmati surplus senilai US$107 miliar pada 2019.
Untuk merayakan USMCA bersama dengan negara mitra, Trump mengundang Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador ke Gedung Putih pada 8 Juli. PM Kanada Trudeau sebenarnya diajak serta, tetapi batang hidungnya tidak kelihatan. Ternyata Trudeau memilih fokus dengan urusan dalam negeri.
Pada hari yang sama di Ottawa, Trudeau malah membandingkan penanganan pandemi Kanada dengan AS. Tentu saja, ditilik dari indikator kasus dan korban meninggal, Trudeau pantas menonjolkan kelebihan negaranya.
“Kami mampu mengendalikan virus lebih baik dari para sekutu kami, khususnya, termasuk tetangga kami [AS],” kata Trudeau sebagaimana dilansir Al Jazeera.