Bisnis.com, JAKARTA - Inggris memberikan sanksi ekonomi termasuk pembekuan aset puluhan individu dan organisasi dari Rusia, Arab Saudi, Myanmar, dan Korea Utara untuk menghukum para pelanggar hak asasi manusia.
Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengatakan bahwa sanksi tersebut menargetkan mereka yang berada di belakang beberapa pelanggaran hak asasi manusia yang terkenal dalam beberapa tahun terakhir.
Tujuannya adalah untuk menghentikan pencucian uang dari hasil kejahatan berdarah.
Sanksi pertama Inggris akan menargetkan 25 warga negara Rusia yang terlibat dalam penganiayaan dan kematian pengacara Sergei Magnitsky.
Demikian juga dengan 20 warga negara Arab Saudi yang terlibat pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
"Hari ini pemerintah ini ... mengirim pesan yang sangat jelas atas nama rakyat Inggris bahwa mereka yang berlumuran darah, para penjahat, antek dan diktator, tidak akan bebas untuk melenggang ke negara ini untuk membeli properti di King's Road, untuk berbelanja kebutahan Natal di Knightsbridge, atau terus terang untuk menyedot uang kotor melalui bank Inggris atau lembaga keuangan lainnya," kata Raab seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (7/7/2020).
Baca Juga
"Hukuman ini juga akan berlaku bagi mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan brutal terhadap penulis dan jurnalis Jamal Khashoggi."
Setelah keluar dari Uni Eropa pada bulan Januari lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ingin membentuk peran independen baru bagi Inggris dalam urusan luar negeri dan perdagangan.
Untuk pertama kalinya London dapat memaksakan pembekuan aset dan larangan visa secara mandiri kepada orang asing.
Di antara daftar nama-nama mereka dari Arab Saudi adalah Saud al-Qahtani, mantan penasihat kerajaan Rab Saudi, dan Ahmed al-Asiri, mantan wakil kepala intelijen.
Keduanya terkait dengan mereka yang dijatuhkan hukuman oleh pengadilan Arab Saudi setelah 11 tersangka diadili Desember lalu atas pembunuhan Khashoggi. Lima orang dijatuhi hukuman mati.
Khashoggi, kolumnis Washington Post yang berusia 59 tahun, terbunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Para pejabat Turki mengatakan jenazahnya dipotong-potong oleh para pembunuh dan belum ditemukan hingga kini.
Jaksa Turki mendakwa 20 warga negara rab Saudi atas pembunuhan Khashoggi, termasuk beberapa yang memiliki hubungan dengan Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS), penguasa de fakto kerajaan.
Sejumlah negara Barat mengatakan percaya MBS memerintahkan pembunuhan terssbut meski tuduhan itu dibantah para pejabat Arab Saudi.