Bisnis.com, JAKARTA - Dahlan Iskan kembali hadir di industri media Tanah Air dengan Harian Disway yang direncanakan bakal rilis resmi besok, Sabtu (4/7/2020).
Kehadiran kembali tokoh di balik berkembangnya Grup Jawa Pos ini terbilang cukup mengagetkan. Pasalnya, Dahlan kembali merintis sebuah media cetak, berupa koran, di tengah lunturnya omptimisme pegiat media terhadap potensi jenis media itu.
Di samping itu, ada yang menarik dari pendirian media baru oleh Mantan Menteri BUMN ini. Hal itu diungkapkannya dalam tulisan Dahlan berjudul Harian DI'sWay yang dipublikasikan di blog Disway.id, Kamis (2/7/2020).
Dalam tulisan itu, Mantan Dirut PT PLN (Persero) ini merincikan komposisi kepemilikan saham surat kabar anyar itu. Ternyata, saham mayoritas harian itu dimiliki oleh karyawan, yakni sampai 98 persen.
"Baru sisanya, yang 2 persen, saya miliki--sebagai penggagas dan penyedia dana," tulis Dahlan.
Dahlan menjelaskan kepemilikan sahamnya yang terbilang sangat kecil itu hanya sekadar tanda mata atau sebagai kenang-kenangan saja. Dia mengaku telah berusia lanjut dan tahun depan berusia 70 tahun.
Baca Juga
Oleh karena itu, dia mengaku tak perlu lagi menumpuk saham. Toh, dia telah memastikan dalam 20 tahun ke depan masih bisa makan.
"Saya akan lebih bahagia kalau bisa melihat dunia jurnalistik bisa terhindar dari proses penuaan--apalagi kematian."
Menariknya, Dahlan juga mengakui struktur kepemilikan saham Harian Disway itu mirip dengan Huawei, korporasi teknologi informasi global asal China. Dia mengakui telah lama mengamati perkembangan di Huawei.
Huawei, jelasnya, bukan BUMN China dan juga bukanmilik pendirinya, Ren Zhengfei. Huawei itu milik karyawan Huawei.
Ren Zhengfei, kendati memiliki pengaruh dominan, hanya memiliki saham sebesar 2 persen di Huawei. Dahlan menilai itulah salah satu kunci sukses Huawei.
"Sejak mengetahui itu, saya meneguhkan niat dalam hati: suatu saat akan mendirikan perusahaan dengan saham terbesar milik karyawan," jelasnya.
Di tengah masa pandemi virus corona atau Covid-19 yang mengharuskannnya lebih banyak berdiam di rumah, Dahlan akhirnya memikirkan cara untuk melaksanakan niat lamanya tersebut, setidaknya dalam komposisi saham.
Namun, dia mengakui ada satu hal yang menjadi tantangan bagi Dahlan. "Bagaimana Ren, dengan hanya memegang saham 2 persen, bisa memiliki hak veto di Huawei. Bagaimana meski hanya memegang saham 2 persen Ren tetap menjadi figur sentral di Huawei. Itu yang saya inginkan: saya tidak memerlukan saham-saham itu. Saya memerlukan kendali itu."
Sistem hukum Indonesia tidak memungkinkan apa yang terjadi di Huawei bisa dilakukan di negara ini. UU Perseroan Terbatas, jelas Dahlan, menegaskan keputusan tertinggi ada di RUPS. Bila tak ketemu jalan musyawarah, maka harus diadakan pemungutan suara dengan 1 saham setara 1 suara.
Dengan demikian, jelas Dahlan, pemegang saham hingga 40 persen pun akan tergilas oleh mayoritas. Kendati begitu, Dahlan mengaku telah menemukan jalan keluarnya.
Jalan keluar untuk bisa menjadi pengendali seperti Ren Zhengfei di Huawei itu didapatkan setelah melakukan berbagai simulasi. Dahlan mengaku bakal merincikan cara itu dalam edisi perdana Harian Disway.
"Cara itulah yang akan saya uraian di edisi pertama Harian DI's Way nanti. Yang penting bisakah tanggal 4 Juli nanti Harian DI's Way benar-benar terbit," jelasnya.
Pasalnya, Dahlan mengaku hingga dua hari lalu [30 Juni] kertas, mesin cetak dan bahkan wartawan belum ada.
"Semua harus tersedia dalam lima hari ini," ungkapnya.