Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Desak Kreditur Swasta Bantu Negara Miskin

Beberapa pemberi pinjaman swasta enggan melakukan hal yang sama, mengutip kekhawatiran atas penurunan peringkat dan kewajiban fidusia.
Presiden Bank Dunia David Malpass berbicara dalam sebuah konferensi pers dalam Spring Meetings of the World Bank Group and IMF di Washington, AS, Kamis (11/4/2019)./Reuters-James Lawler Duggan
Presiden Bank Dunia David Malpass berbicara dalam sebuah konferensi pers dalam Spring Meetings of the World Bank Group and IMF di Washington, AS, Kamis (11/4/2019)./Reuters-James Lawler Duggan

Bisnis.com,JAKARTA - Presiden Bank Dunia David Malpass mengimbau para kreditur swasta untuk memberikan keringanan utang bagi negara miskin, seperti yang telah dilakukan oleh anggota G20.

Negara-negara G20 pada April lalu sepakat untuk memungkinkan penangguhan sementara pembayaran utang untuk lebih dari 70 negara miskin. Beberapa pemberi pinjaman swasta enggan melakukan hal yang sama, mengutip kekhawatiran atas penurunan peringkat dan kewajiban fidusia.

Institute of International Finance (IIF) memperkirakan bahwa negara-negara termiskin di dunia memiliki sekitar US$140 miliar utang pemerintah yang akan jatuh tempo pada akhir tahun ini.

"Pandangan masyarakat internasional sangat jelas dalam komunike G-20 dan diskusi, bahwa kreditur sektor swasta diharapkan menyusun metodologi untuk memberikan perlakuan yang sebanding dengan apa yang dilakukan oleh kreditor bilateral resmi," kata Malpass, dilansir Bloomberg, Selasa (23/6/2020).

Bank Dunia sebelumnya merilis perkiraan yang menunjukkan bahwa negara-negara peminjam dapat menghemat US$12 miliar dari penangguhan sementara pembayaran utang kepada kreditur pemerintah. Menurut Bank Dunia dan IMF, dana tersebut dapat dialihkan untuk penanganan pandemi dan krisis ekonomi di negara masing-masing.

Adapun Angola, negara yang berurusan dengan penurunan harga minyak dan dampak virus, ditetapkan menjadi penerima manfaat terbesar dari rencana tersebut. Menurut perkiraan Bank Dunia, negara Afrika bagian selatan itu berpotensi menghemat US$3,4 miliar atau sekitar 28 persen dari total utang global. Sedangkan China setuju untuk memberi Angola moratorium tiga tahun pada pembayaran bunga dan cicilan utang sebesar US$21,7 miliar.

Menurut data Bank Dunia, China memiliki hampir 60 persen dari uang yang akan dibayarkan negara-negara termiskin di dunia tahun ini. Presiden Xi Jinping pekan lalu berjanji untuk menghapuskan sebagian utang negara-negara Afrika dan mengatakan negara itu bersedia memberikan dukungan lebih lanjut termasuk perpanjangan jatuh tempo pinjaman untuk membebaskan dana.

"Saya didorong oleh tingkat komitmen oleh China. Langkah ini memiliki manfaat bagi China dalam jangka panjang karena akan memiliki hubungan dengan negara-negara yang membaik setelah pandemi," ujar Malpass.

Malpass menolak seruan dari beberapa pihak bahwa Bank Dunia hendaknya memberikan keringanan utang. Dia mengatakan bahwa hal itu dapat merusak peringkat kredit lembaga dan merusak kemampuannya untuk meminjamkan. Hal itu karena Bank Dunia bergantung pada peminjam saat ini untuk membayar kembali pinjaman mereka sehingga dapat membuat yang baru.

"Itu akan menyebabkan risiko besar mengurangi aliran positif bersih yang tersedia untuk negara-negara termiskin," imbuh Presiden Bank Dunia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper