Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia diselimuti kabar duka, setelah salah satu sosok inspirator Tasawuf Tanah Air, Muhammad Nursamad Kamba berpulang memenuhi panggilan Allah SWT pada pukul 01.00 WIB, Sabtu, (20/6/2020).
Pemikiran Nursamad Kamba yang dikenal sebagai Syeikh Nursamad Kamba atau Buya Kamba bisa ditelusuri dari berbagai kegiatan Majelis Maiyah yang dirintis Budayawan Ehma Ainun Nadjib.
Selain itu, pemikiran almahum bisa dilihat di blog https://mnkamba.wordpress.com. Di antaranya pemikiran almahurm soal ukuran keberhasilan atau kegagalan agama-agama menjalankan misinya di Indonesia.
Menurut laman resmi Fakultas Ushuluddin, Univesitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, pria yang akrab dengan panggilan Kamba ini adalah dosen Jurusan Tasawuf Psikoterapi (TP) di universitas tersebut. Almarhum juga kerap bersilaturahmi di acara Kenduri Cinta atau Maiyah yang diadakan oleh Cak Nun.
Pria kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 23 September 1958 ini menempuh pendidikan S1, S2, dan S3 di Universitas Al-Alzhar Kairo, Mesir, jurusan Akidah dan Filsafat.
Saat menyelesaikan magisternya, Kamba menulis tesis di Fakultas Ushuluddin Al-Azhar tentang Pandangan Akidah dalam Organisasi NU.
Baca Juga
Sedangkan, untuk menyelesaikan jenjang S3 dia menulis disertasi tentang Epistemologi Sufi dalam Perspektif Syeikh Al-Junayd Al-Baghdady.
Selama menjadi tenaga pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung sejak tahun 1998, Ustadz pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan TP periode 1998-2000 dan Sekretaris Pusat Pengembangan Studi Luar Negeri IAIN SGD tahun 1998.
Untuk menunjang keahliannya, dia mengikuti beberapa Pelatihan profesional, di antaranya Fellowship Postdoctorate yang diselenggarakan CIDA/Depag dari Oktober 1996 sampai Maret 1997, Prajabatan Golongan III oleh LAN dari 6 Februari sampai 7 Maret 1998.
Selain itu, Kamba pernah meniti karier sebagai diplomat.
Karier diplomatnya dimulai ketika pria kelahiran 23 September 1958 ini dipercaya menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo periode 2001-2005. Ia menjadi Atase Konsula Jenderal Haji di Jeddah, Arab Saudi pada periode 2005-2009.
Dalam dunia aktivis, Nursamad Kamba pernah diberi tanggung jawab sebagai Ketua Divisi Luar Negeri Badan Wakaf Indoensia (BWI) tahun 2011 dan sebagai Anggota Bidang Kerja Sama Luar Negeri di Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2011.
Jejak abadinya tertuang melalui sejumlah buku yang dia tulis, seperti Fatawa Majlis Al-Ulama Indunisi yang diterbitkan oleh CENSIS pada 1996 hingga kolaborasi dengan Sujiwo Tejo untuk menyelesaikan bukunya yang berjudul Tuhan Maha Asyik 2.
Di antara pemikiran almarhum, pandangannya soal peran agama-agama di Indonesia menarik untuk disimak
Dalam tulisan berjudul Pendekatan Tekstual Bukan Berarti Mengabaikan Akal, almarhum menyoroti peran agama-agama dalam mengantarkan bangsa Indonesia kepada kemajuan, peradaban, dan kesejahteraan.
"Jika agama-agama di Indonesia tidak mengagendakan untuk menghantarkan bangsa Indonesia kepada kemajuan, peradaban, dan kesejahteraan maka misi umat beragama boleh dinilai gagal," begitu tulisnya.
Kamba menegaskan, tak satu pun agama di antara agama-agama yang ada di Indonesia yang tidak menjanjikan kebahagiaan hidup. "Entah kebahagiaan hidup dunia, entah kebahagiaan akhirat, entah dunia-akhirat."
Menurut Kamba, setiap agama menjanjikan keselamatan abadi. Baik Kitab-kitab suci maupun ajaran-ajaran pokok dan mendasar pada setiap agama mengajarkan kebaikan, nilai-nilai moral dan pedoman hidup dalam rangka menempuh perjalanan menuju keselamatan yang dijanjikan.
Tidak hanya janji-janji akan keselamatan, tapi jaminan bagi para pemeluknya, tulis Kamba.
"Demikian idealnya, namun faktanya, antara ideal dan realitas terdapat jurang yang menganga cukup lebar. Ajaran-ajaran ideal masih tetap terpendam dalam baris-baris lembar halaman Kitab Suci dan belum bisa terjabarkan kedalam kehidupan nyata sebagaimana yang pernah dipraktekkan pada masa awal diperkenalkannya agama yang bersangkutan," tulisnya.
Sementara, lanjutnya, setiap kali ada upaya menerjemahkan isi Kitab Suci pada saat itu pula terlihat gejala reduksi makna idealnya.
Selebihnya, silakan langsung membacanya di blog https://mnkamba.wordpress.com.
Muhammad Nursamad Kamba berpulang memenuhi panggilan Allah SWT pada pukul 01.00 WIB, Sabtu, (20/6/2020).
Kabar meninggalnya almarhum sempat meramaikan daftar trending di twitter.Majelis Maiyah yang dirintis budayawan Emha Ainun Nadjib mengekspresikan rasa kehilangan atas meninggalnya almarhum.
Salah seorang yang terkesan aktif dalam Majelis Maiyah
Ian L. Betts, menulis kenangan tentang almarhum yang juga dikenal sebagai Buya Kamba dalam tulisannya di caknun.com, Sabtu (20/9/2020).
"Hari ini gerakan Maiyah kehilangan salah satu cahaya penting dengan meninggalnya Syeikh Nursamad Kamba. Dialakan perjalanan spiritual sesungguhnya, yang memberikan banyak hal bagi Maiyah dalam tahun-tahun belakangan dan membawakan penjelasan-penjelasannya yang mencerahkan bagi ribuan orang yang berkumpul pada Kenduri Cinta, Mocapat Syafaat, Gambang Syafaat setiap bulannya," kenang Betts yang menulis kenangannya itu dari Thailand.
Lebih dari itu, Betts menyebut Syeikh Nursamad sebagai Marja bagi Maiyah. Syeikh Nursamad adalah rujukan dan mentor yang dihormati. Dengan pengetahuan dan intelektualitasnya Buya Kamba membantu memberikan bimbingan bagi komunitas Maiyahm ujarnya.