Bisnis.com, JAKARTA - China meningkatkan langkah-langkah pembatasan di Beijing seiring kasus-kasus baru yang kini telah melebihi 130.
Dilansir Bloomberg, Rabu (17/6/2020), Beijing melaporkan 31 kasus virus corona baru pada hari Rabu, sehingga jumlah total infeksi dalam wabah menjadi 137. Kasus-kasus yang terkait dengan kluster ini telah menyebar sejauh provinsi Zhejiang di tenggara China.
Semua sekolah ditutup dan kompleks perumahan telah menerapkan pemeriksaan suhu dan pendaftaran wajib orang yang masuk dan keluar. Warga yang melakukan kontak dengan pasar buah dan sayuran Xinfadi, tempat wabah itu berasal, dilarang meninggalkan kota, sementara penduduk Beijing yang ingin bepergian harus menyertakan tes virus negatif.
Virus Corona muncul kembali di Beijing setelah jeda hampir dua bulan masih menjadi misteri sekaligus memicu kekhawatiran mengingat sulitnya menghilangkan patogen ini, bahkan di negara-negara dengan kekuatan otoriter luas atas rakyatnya.
Gelombang baru kasus di Jepang dan kebangkitan infeksi di Selandia Baru setelah periode bebas virus juga menambah kekhawatiran bahwa pandemi tidak surut bahkan di negara-negara Asia, tempat pertama kali wabah terjadi.
Petugas yang menelusuri asal virus menduga sumbernya adalah peralatan yang digunakan untuk memotong salmon dan hewan laut segar. Tidak heran jika salmon kini diboikot dan otoritas bea cukai sedang menguji beberapa impor makanan sebelum mengizinkannya di negara tersebut. Para ilmuwan mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa makanan dapat menularkan patogen.
Baca Juga
Meskipun semakin ketatnya pembatasan, reaksi China terhadap kluster baru ini berbeda dengan saat kemunculan kasus baru di Wuhan. Sarana transportasi belum dihentikan, meskipun media lokal melaporkan bahwa lebih dari 40 persen jadwal penerbangan dari bandara Beijing pada hari Rabu dibatalkan.
"Ini adalah bahaya wabah di setiap ibu kota besar. Ini akan menjadi tugas yang sangat rumit untuk menghubungkan jejak setiap orang yang mungkin berinteraksi dengan oleh orang yang terinfeksi," kata Nicholas Thomas, profesor asosiasi yang mengkhususkan diri dalam kesehatan masyarakat di City University of Hong Kong.
Sementara itu, Beijing telah memperluas pengujian massal di antara penduduknya, yang mencakup semua orang yang pernah atau telah melakukan kontak dekat dengan pasar makanan utama yang telah ditutup. Hampir 100 lembaga medis sekarang menawarkan layanan pengujian.