Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ahli Epidemiologi: Vaksin Covid-19 Saat Ini Adalah Perubahan Perilaku

Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat Defriman Djafri mengatakan pada tatanan era normal baru masyarakat harus bisa menyesuaikan kebiasaan atau pola hidup yang baru pula, terutama dari sisi perlindungan kesehatan.
Warga menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan di Jakarta, Selasa (7/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan di Jakarta, Selasa (7/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan perilaku kesehatan masyarakat dapat menjadi salah satu kunci dalam menghadapi kebijakan normal baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19.

Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat Defriman Djafri mengatakan pada tatanan era normal baru masyarakat harus bisa menyesuaikan kebiasaan atau pola hidup yang baru pula, terutama dari sisi perlindungan kesehatan.

"Yang perlu diperhatikan masyarakat dalam menghadapi normal baru adalah vaksin. Vaksin saat ini sebenarnya adalah bagaimana upaya perubahan perilaku terhadap Covid-19," katanya, Rabu (17/6).

Sebagai contoh, dia menambahkan, bagi sebagian besar masyarakat sebelum pandemi Covid-19 terjadi, menggunakan masker dalam kehidupan sehari-hari mungkin jarang dilakukan.

Namun, perilaku atau kebiasaan tersebut saat ini tidak bisa lagi diterapkan. Setiap individu yang ingin bepergian ke luar dari rumah wajib menggunakan masker.

Secara umum, ujar dia, peningkatan aktivitas masyarakat selama normal baru juga harus dibarengi pula dengan peningkatan protokol kesehatan.

"Menjaga jarak dan peningkatan kebersihan diri ini menjadi kunci utama agar terhindar dari paparan virus dan penyakit lainnya," kata Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand tersebut.

Menurut Defriman, apabila masyarakat bisa menerapkan perubahan perilaku dari sisi kesehatan tadi maka hal itu bisa menjadi modal dasar dalam menghadapi normal baru.

Senada dengan itu, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif mengatakan selain meningkatkan perlindungan kesehatan, percepatan pemeriksaan lab dan polymerase chain reaction (PCR) juga perlu ditingkatkan.

"Dengan situasi seperti ini harus disertai dengan pemeriksaan spesimen yang besar. Misalnya, sehari bisa 15.000 maka angka itu ditingkatkan lagi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nurbaiti
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper