Bisnis.com, JAKARTA - Inditex, pemilik retail fesyen Zara, melaporkan penjualan online perusahaan melonjak 95 persen pada April setelah toko-tokonya tutup selama lockdown di sebagian besar Eropa.
Perusahaan mengatakan pihaknya memperkirakan pergeseran pola pembelian dari toko fisik ke online itu akan permanen, dengan seperempat penjualan diharapkan akan berasal dari online pada 2022, atau naik dari 14 persen pada 2019.
Meskipun demikian, perusahaan tetap membukukan kerugian kuartalan pertama kalinya karena penjualan keseluruhan mengalami penurunan.
Dikutip dari BBC, penjualan Zara pada kuartal I/2020 turun menjadi 3,3 miliar euro, jatuh dari 5,9 miliar euro pada periode yang sama tahun lalu.
Alhasil, kondisi ini menyebabkan kerugian triwulanan hingga 409 juta euro untuk perusahaan asal Spanyol yang juga menaungi merek Bershka dan Pull & Bear.
"Lockdown mempercepat tren yang ada, memaksa peritel untuk mengakui era digital telah tiba," kata pialang saham Hargreaves Lansdown Sophie Lund-Yates.
Baca Juga
"Pemilik Zara sudah bekerja untuk meningkatkan kemampuan online mereka tetapi lockdown telah mengantar pada urgensi baru."
Dia menyoroti keberhasilan Zara dalam mengelola level stoknya. Persediaan hanya turun 10 persen pada bulan April. "sangat kontras dengan peritel seperti M&S atau Primark yang telah dibebani tumpukan saham yang membengkak".
Saham Inditex naik 2,3 persen dalam perdagangan Madrid kemarin, Rabu (11/6/2020).
Inditex mengatakan akan menghabiskan 900 juta euro per tahun selama tiga tahun ke depan untuk memusatkan toko dan platform online-nya. Dengan demikian, Zara akan menutup lebih dari 1.000 toko kecil. Adapun, Inditex berharap toko-toko ritel fesyennya di Eropa dapat dibuka akhir bulan ini.