Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Riset Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Berly Martawardaya menilai sektor pariwisita masih berisiko untuk beroperasi kembali di tengah pandemi Covid-19.
“Yang masih high risk, ya tourism seperti hotel dan restoran seharusnya fokus bantuan sosial dari pemerintah pusat dan daerah ya memang harus ke sana,” kata Berly saat memberi keterangan pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, pada Selasa (9/6/2020).
Berly beralasan sektor itu terlalu berbahaya jika dibuka saat ini. Malahan, menurut dia, dengan 50 persen kapasitas masih terlalu berisiko. Dengan demikian, dia menegaskan, sektor itu perlu diberdayakan oleh pemerintah di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Mungkin perlu dilakukan pelatihan-pelatihan untuk bisa pindah ke sektor lain, karena masih perlu waktu beberapa bulan lagi. Jangan dibiarkan mereka kesulitan secara ekonomi atau bahkan kemudian kelaparan,” kata dia.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah memberikan lampu hijau bagi sembilan sektor ekonomi untuk kembali beroperasi di tengah penerapan kenormalan baru atau new normal.
Kebijakan ini diambil dalam rangka menekan dampak ekonomi dan sosial dari pandemi Covid-19.
Baca Juga
Adapun, sembilan sektor yang ditetapkan untuk dibuka kembali meliputi pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, logistik dan transportasi barang.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menuturkan dampak pandemi Covid-19 turut menyebabkan turunnya imunitas masyarakat sehingga rentan terhadap paparan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
“Dampak dari kehilangan pekerjaan ini akan mengurangi daya beli masyarakat sehingga tidak mampu mendapatkan asupan makanan bergizi yang dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga berisiko terpapar Covid-19,” kata Doni melalui keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Jumat (5/6/2020).
Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, imbuhnya, dampak Covid-19 telah mengakibatkan sekitar 3,7 juta pekerja formal kehilangan pekerjaan. “Ini belum termasuk mereka yang kehilangan pekerjaan di sektor informal,” tuturnya.