Menekan pemilih
Dari sisi luar negeri, China selalu memainkan peran utama dalam kampanye Trump, karena memungkinkan dia untuk membedakan dirinya dari Joe Biden dan para pembantunya.
Asal-usul Covid-19 dari China ditambah dengan penerapan undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong telah memberikan peluang lain baginya.
Trump juga memainkan emosi massa pendukungnya ketimbang memainkan kepemimpinan globalnya dalam menghadapi wabah Covid-19.
Dia bahkan memilih untuk merusak hubungan AS dengan WHO dan menyebut organisasi kesehatan dunia itu sebagai boneka China. Dia Juga tidak segan mengancam akan menghentikan bantuan dana untuk organisasi kesehatan dunia yang bernaung di bawah PBB tersebut. Alasannya, WHO telah memberi resep obat yang salah pada AS sehingga banyak jatuh korban wabah Covid-19.
Narasi penegakan hukum dan pemulihan ketertiban
Sedangkan di dalam negeri, Trump mendapat kecaman keras melalui akun Twitter setelah aksi protes yang berlangsung lebih dari sepuluh hari yang berujung pada kerusuhan akibat kematian George Floyd di tangan petugas polisi.
Atas kejadian itu Trump langsung menuding kelemahan para kepala daerah yang tidak bekerja dengan baik sebagai penyebabnya. Trump mencoba mengalihkan tanggung jawabnya.
Jika pemilihan menjadi referendum tentang bagaimana Pemerintahan Trump menanggapi pandemi Covid-19 maka dia kemungkinan besar akan kalah, ujar Steven Okun, pemerhati politik yang pernah menjabat sebagai penasihat senior untuk konsultasi strategis global McLarty Associates seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Minggu (5/6/2020).
Dalam konteks itulah Trum mencoba mengalihkan narasi dari pesoalan hak sipil ke "penegakan hukum dan pemulihan ketertiban".
Akan tetapi jika belajar dari masa kepresidenannya, para pendukungnya yang fanatik akan tetap bersamanya dan dia bahkan mungkin akan bisa memperkuat dukungannya, kata Okun.