Bisnis.com, JAKARTA — Aksi protes akibat pembunuhan warga kulit hitam George Floyd dan perjuangan yang berkelanjutan melawan pandemi Covid-19 telah membuat popularitas Presiden Donald Trump di 270 basis suara pemilih yang dia butuhkan untuk memenangkan masa jabatan kedua anjlok.
Serangkaian jajak pendapat di negara bagian yang dirilis Rabu (3/6/2020) membuat kenyataan tersebut kian jelas. Padahal, pemilihan presiden masih 152 hari lagi, yakni pada 3 November 2020.
"Hasil jajak pendapat Fox News di Arizona menunjukkan Joe Biden memimpin Trump 46% melawan 42%. Sementara itu, jajak pendapat Fox News di Ohio menempatkan Biden pada posisi 45% dan 43% untuk Trump," seperti dikutip CNN.com, Jumat (5/6/2020).
Jajak pendapat Fox News di Wisconsin 49% untuk Biden dan Trump di 40%. Sementara itu, hasil jajak pendapat Universitas Quinnipiac di Texas memenangkan Trump 44% dan Biden 43%.
Partai Demokrat terakhir yang memenangkan Arizona di tingkat presiden adalah Bill Clinton pada 1996. Di Texas, Demokrat kalah sejak Jimmy Carter memenangkannya pada Pilpres 1976.
Di sisi lain, negara bagian Ohio adalah salah satu negara paling sulit ditentukan (swing voter) dalam pemilihan presiden pada awal abad ini, tetapi bergerak ke arah Trump pada 2016 dan meraih kemenangan 8 poin.
Sementara itu, Wisconsin secara luas dipandang sebagai negara yang paling mungkin Trump membalikkan kondisi 2016 untuk kembali mendukungnya.
Polling di Pennsylvania dan Michigan, dua negara bagian yang dikuasai Demokrat lainnya dan dimenangkan Trump pada 2016, menunjukkan popularitasnya berada di belakang Biden saat ini.
Menurut tabulasi yang dibuat oleh CNN, kampanye Trump telah menghabiskan lebih dari US$1 juta untuk iklan di Ohio, Wisconsin, dan Arizona sejak awal tahun. Artinya, bahkan dengan iklan Trump yang dipancarkan ke layar TV mereka, pemilih di negara-negara tersebut tidak akan terpengaruh.