Bisnis.com, TORONTO – Korban meninggal dunia terkait dengan opioid di Kanada meningkat sejak pandemi viorus corona baru jenis Covid-19 berlangsung, demikian pernyataan otoritas kesehatan negara Amerika Utara itu sebagaimana diwartakan Antara mengutip Reuters pada Sabtu (30/5/2020).
Opioid merupakan obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor di dalam sel tubuh. Obat ini dibuat dari tanaman opium seperti morfin atau disintesis di laboratorium seperti fentanil.
Kepala Badan Kesehatan Masyarakat Kanada Theresa Tam menyoroti British Columbia, provinsi paling barat Kanada sekaligus episentrum krisis overdosis opioid negara tersebut, mencatat lebih dari 100 kematian pada Maret dan April.
"Data ini mengindikasikan tren yang sangat mengkhawatirkan," kata Tam serata menjelaskan bahwa tren itu melonjak selama 2 bulan terakhir sejak proses pengamatan dilakukan dalam setahun.
Dia mengemukakan bahwa tren tersebut bahkan bersifat nasional. Dia merujuk pada Toronto, yang layanan paramedisnya melaporkan bahwa pada April banyak kematian terkait opioid dalam sebulan sejak September 2017.
Di Calgary, intervensi overdosis meningkat. Fasilitas penyuntikan aman mengobati 40 kasus overdosis pada Maret dan April. Jumlah itu naik tajam dari 11 kasus pada Februari.
Baca Juga
Pemerintah federal pada Maret mengumumkan bahwa pihaknya akan melonggarkan pembatasan terhadap apoteker untuk meresepkan alternatif obat yang aman. Kebijakan seperti itu direkomendasikan oleh para pegiat dan ahli selama bertahun-tahun.
Pandemi corona berdampak pada rantai pasokan obat tersebut karena perbatasan ditutup. Keadaan itu yang menyebabkan tingkat kematian lebih tinggi, kata Guy Felicella, penasihat klinis di Centre on Substance Abuse di British Columbia.
"Ketika (obat menjadi) lebih sulit ditemukan, potensi (kematian) naik, harga naik, semua naik dan artinya menjadi lebih mematikan setiap harinya," kata Falicella.
Pandemi hanya memperburuk masalah yang ada, katanya. Dia menambahkan bahwa langkah penyediaan obat yang aman terlalu sedikit, terlalu terlambat. "Kita tidak bisa menyalahkan Covid-19 atas kurangnya tanggapan kita dalam menangani krisis overdosis.”