Bisnis.com, JAKARTA - Rencana negara China untuk menaikkan tingkat utang untuk menstimulasi permintaan (demand) dan memerangi dampak ekonomi dari pandemi virus corona (Covid-19) dinilai layak dan perlu oleh Pejabat Senior Badan Perencanaan Ekonomi negara tersebut.
Rencana Pemerintah China untuk meningkatkan defisit fiskal dan menerbitkan anti-virus government bonds, skala pinjaman yang memperhitungkan dampak ekonomi, serta kebutuhan untuk mengendalikan risiko terkait utang, merupakan langkah khusus dalam menanggapi situasi yang dinilai belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini disampaikan oleh Pejabat Senior di Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China Cong Liang, termasuk yang dilansir melalui Bloomberg, Minggu (24/5/2020).
"Tingkat utang yang tepat dapat membantu pembangunan ekonomi dan sosial, dan pembangunan ekonomi dan sosial yang sehat dapat membantu mengendalikan tingkat utang," katanya.
Menurutnya, rasio utang pemerintah China yang mencapai 38,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2019, masih relatif rendah secara global.
"Kita perlu menghadapi kenyataan dan meningkatkan tingkat utang yang sesuai," tutur Cong.
Baca Juga
Adapun, China telah menyatakan akan meningkatkan pinjaman pemerintah secara signifikan dan memperluas permintaan domestik sejalan dengan pendapatan yang menurun dan pertumbuhan ekonomi melambat ke level terendah dalam beberapa dekade.
Perdana Menteri Li Keqiang juga menjanjikan defisit fiskal akan melebihi 3,6 persen dari PDB, tingkat tertinggi dalam setidaknya satu dekade, di samping dana sisa yang sebesar 3 triliun yuan (US$420,8 miliar), 1 triliun yuan utang anti-virus dan utang lokal khusus 3,75 triliun yuan untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
Menurut ekonom di Standard Chartered Plc, rasio defisit fiskal yang diperbesar ini dapat mencapai sekitar 11 persen.
Jika pemerintah China menghabiskan semua yang telah direncanakan, maka rasio defisit fiskal diperkirakan naik 5,5 persen dari PDB dibandingkan dengan tahun lalu.