Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Indonesia Pilih Sustainable Exit Strategy, Bukan Lockdown

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan ketika menjadi Guest Speaker di SMDV-Agaeti Ventures.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pidato pembuka saat diskusi nasional di gedung Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/4)./ANTARA-M Agung Rajasa
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pidato pembuka saat diskusi nasional di gedung Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/4)./ANTARA-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia memilih untuk menjalankan strategi jalan keluar yang berkelanjutan (sustainable exit strategy) untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia, ketimbang menerapkan karantina total atau lockdown.

Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan kembali memaparkan alasan di balik pilihan tersebut.

Luhut menjelaskan bahwa tanpa vaksin, penguncian ketat atau lockdown merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi jumlah kematian secara signifikan akibat pandemi virus corona. 

Namun, dia menjelaskan secara umum, distribusi vaksin kepada masyarakat umum memerlukan waktu yang tidak sedikit.

"Bahkan dengan jalur cepat, perlu setidaknya 1 tahun," jelas Menko Marves dalam dokumen paparan ketika ia menjadi Guest Speaker di SMDV-Agaeti Ventures, Jumat (8/5/2020).

Di sisi lain, penguncian yang berkepanjangan menyebabkan kerugian yang signifikan. "Seperti, penyusutan ekonomi, pengangguran, gangguan dalam rantai pasokan."

Oleh karena itu, sustainable exit strategy menjadi pilihan Indonesia dalam menghadapi pandemi tersebut. Langkah itu menjadi opsi tercepat dan paling efektif untuk menekan dampak Covid-19.

"Strategi keluar yang berkelanjutan akan meminimalkan risiko terhadap kesehatan masyarakat," jelasnya.

Seperti diketahui, Indonesia menerapkan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing wilayah.

Dalam forum itu, Luhut juga merincikan bahwa saat ini kurva dampak Covid-19 mulai merata di banyak negara. Namun, ada bukti dan penelitian baru yang menunjukkan gelombang berikut pandemi yang masih mengancam.

Di Indonesia, jelas Menko Marves, kasus baru Covid-19 Indonesia masih meningkat. "Namun, tingkat kesembuhan meningkat."

Berdasarkan data yang dipaparkannya, pertumbuhan kasus harian terus menurun. Sejak 25 April, kasus baru harian Covid-19 berkisar 214 - 455, meskipun ada peningkatan tes harian rata-rata menjadi 5.800 dari kurang dari 2.000 pada minggu-minggu sebelumnya.

"Per 3 Mei kasus menyentuh 11.192 pasien, dengan tingkat kematian pada 7,6 persen dan tingkat pemulihan 16,8 persen," jelas dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper