Bisnis.com, JAKARTA – Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS) menyerukan agar 'permainan menyalahkan' seputar penyakit virus corona (Covid-19) diakhiri.
Dalam sebuah kolom yang diterbitkan di Washington Post, Duta Besar Cui Tiankai mengatakan bahwa tuduhan menyalahkan China atas penyebaran wabah mematikan itu berisiko memisahkan dua negara berekonomi terbesar di dunia ini.
Meningkatnya kecurigaan antara AS dan China juga mengancam akan merusak kerja sama kedua negara untuk memerangi Covid-19 dan membangkitkan kembali ekonomi global.
“Sudah waktunya untuk mengakhiri permainan menyalahkan. Sudah waktunya untuk fokus pada penyakit ini dan membangun kembali kepercayaan antara kedua negara kita,” tegas Cui, seperti dilansir melalui Bloomberg.
Presiden Donald Trump dan banyak pendukungnya telah menyalahkan China karena persebaran virus corona di AS dan di seluruh dunia.
Patogen tersebut telah menelan banyak korban jiwa di AS, melampaui jumlah nyawa warga Amerika yang terenggut akibat Perang Vietnam bahkan jauh melebihi angka kematian di negara asal corona, China.
Baca Juga
Ekonomi AS pun dihantui resesi. Segala tekanan ini mengancam prospek Trump untuk meraih masa jabatan kedua sebagai presiden AS.
Meski Trump telah menuduh China menutup-nutupi wabah ini dan berusaha merugikannya secara politik, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah melangkah lebih jauh.
Pompeo mengklaim adanya "bukti besar" bahwa virus itu bermunculan dari laboratorium virologi berkeamanan tinggi di dekat kota Wuhan, China, kampung halaman virus corona jenis baru penyebab Covid-19. Klaim ini sudah jelas ditolak mentah-mentah oleh China.
Cui sendiri mengecam teori-teori konspirasi terkait niat geopolitik China. Dia juga menolak seruan agar China membayar ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan oleh virus tersebut, dengan mengatakan tanggung jawab yang sama tidak dibebankan pada negara-negara tempat virus H1N1 atau AIDS berasal.
“Tidak dapat disangkal bahwa kasus Covid-19 yang diketahui pertama kali dilaporkan di Wuhan. Tapi ini hanya berarti bahwa Wuhan adalah korban pertama virus itu. Meminta kompensasi kepada korban adalah tindakan konyol,” ungkapnya.