Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aturan Lockdown Diperlonggar, Malaysia Yakin Ekonomi Pulih Perlahan

Bank Negara Malaysia memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 2 persen, pemangkasan terbesar sejak awal 2009. Langkah tersebut merupakan salah satu cara untuk memacu kembali ekonomi setelah negara ini mulai melonggarkan aturan lockdown.
Suasana jalan kosong di Jalan Bulatan Kampung Pandan di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3/2020). Sejumlah jalan raya di Malaysia menjadi sepi setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional selama dua minggu. Bloomberg/Samsul Said
Suasana jalan kosong di Jalan Bulatan Kampung Pandan di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3/2020). Sejumlah jalan raya di Malaysia menjadi sepi setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional selama dua minggu. Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Negara Malaysia memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 2 persen, pemangkasan terbesar sejak awal 2009.

Langkah tersebut merupakan salah satu cara untuk memacu kembali ekonomi setelah negara ini mulai melonggarkan aturan lockdown.

“Kondisi ekonomi akan sangat menantang pada semester awal tahun ini. Aktivitas ekonomi akan pulih perlahan, meski ketidakpastian masih tinggi,” kata bank sentral tersebut dalam keterangan resminya.

Keputusan Malaysia ini mengikuti langkah negara lain, misalnya India, Singapura, dan Vietnam yang lebih dulu melakukan pelonggaran untuk memacu ekonominya. Hampir semua sektor diperbolehkan beroperasi pada Senin (5/5/2020), setelah pemerintah mencabut aturan jam malam di Malaysia.

Beberapa negara bagian, termasuk Selangor, masih menginstruksikan penutupan bisnis meski aturan lockdown awal sudah dicabut. Menurut Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin YassinLockdown, yang dilakukan oleh Malaysia diperkirakan membebani ekonomi hingga 63 miliar ringgit (US$14,6 miliar). Aturan lockdown secara keseluruhan akan segera dicabut pada 12 Mei 2020.

“Proyeksi bank sentral terhadap ekonomi masih suram seiring dengan Covid-19 dan lockdown yang membekukan permintaan dan aktivitas ekonomi,” kata Maximillian Lin, analis emerging market Asia NatWest Markets di Singapura, dilansir Bloomberg, Selasa (5/5/2020).

Setelah harga minya dunia jatuh pada April tahun ini, dia mengungkapkan Malaysia harus bergulat dengan harga komoditas yang rendah sebagai akibat pemberlakuan lockdown.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper