Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa belakangan menuai banyak pujian akibat langkah sigapnya dalam menangani pandemi Covid-19. Sejak dilanda kasus positif pertama pada 5 Maret 2020 lalu, jumlah kematian di negara tersebut masih berada di angka 59.
Namun, dalam beberapa pekan ke depan bukan tidak mungkin reputasi Ramaphosa runtuh perlahan. Pemicunya adalah kebijakan sejumlah menteri-menterinya yang memancing reaksi keras publik Afrika Selatan.
"Aku rasa posisi pemerintah akan melemah karena pernyataan para menteri Ramaphosa. Ada kesan autorian dalam langkah menteri-menteri itu," ujar ekonom asal Afrika Selatan Nic Borian seperti dikutip Bloomberg, Selasa (5/5/2020).
Salah satu menteri yang dimaksud Borian adalah Nkosazana Dlamini-Zuma. Dlamini dikritik habis-habisan karena pada 29 April 2020 membatalkan penangguhan larangan rokok di AS. Langkah ini tak sesuai dengan pidato Ramaphosa yang enam hari sebelumnya mengatakan akan segera membolehkan lagi penjualan rokok.
Terhitung hingga hari ini sudah ada lebih dari 400.000 warga Afsel menandatangani petisi untuk menentang sikap Dlamini.
Selain Dlamini, protes juga ditujukan publik kepada Menteri Kepolisian Bheki Cele. Kecaman muncul karena Cele dinilai membuat kebijakan represif terhadap warga yang kedapatan berjalan kaki dan bersepeda pada 1 Mei 2020 lalu.
Baca Juga
"Kami semua seperti diperlakukan layaknya anak nakal yang dihukum berat oleh orang tua kami sendiri. Saya rasa kontrol mereka [Kementerian Kepolisian] terhadap kami terlalu besar," ujar petinggi agensi M&Saatchi Mikel Abel seperti dilansir Bloomberg.
Direktur Penelitian di Mapungubwe Institute for Strategic Reflection Susan Booysen mengimbau pentingnya para menteri Ramaphosa untuk mengubah sikap. Sebab bila tidak, bukan tak mungkin protes akan semakin masif dan berujung terhambatnya penekanan angka persebaran Covid-19.
"Saya rasa, benar-benar tak ada keseimbangan di dalam pemerintahan saat ini," ujarnya.