Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat mengatakan siap mengakui sebagian besar wilayah Tepi Barat yang dicaplok Israel. Tetapi AS meminta pemerintah persatuan pimpinan PM Benyamin Netanyahu bernegosiasi dengan Palestina.
Benjamin Netanyahu, yang telah mencapai kesepakatan pembagian kekuasaan untuk tetap menjabat setelah tiga pemilihan yang tidak meyakinkan, berjanji terus maju dengan langkah aneksasi. Palestina menyatakan aneksasi itu akan menutup pintu bagi solusi dua negara.
"Visi" Timur Tengah yang diluncurkan pada bulan Januari oleh Presiden AS Donald Trump memberi lampu hijau untuk aneksasi tersebut.
Kesepakatan koalisi Netanyahu dengan partai sentris pimpinan Benny Gantz menyebutkan bahwa kabinet akan berkonsultasi dengan Washington sebelum bergerak maju.
Namun Palestina telah menyatakan kemarahannya atas rencana Israel untuk memperkuat cengkeramannya lebih lanjut di tanah yang direbutnya dalam perang 1967 itu.
Palestina akan menjadikan wilayah yang mereka perjuangkan itu sebagai negara masa depan.
Uni Eropa juga mengkritik rencana Trump karena gagal mencapai solusi dua negara.
"Seperti yang telah kami jelaskan secara konsisten, kami siap untuk mengakui tindakan Israel untuk memperluas kedaulatannya dan penerapan hukum Israel ke daerah-daerah Tepi Barat sebagai bagian dari Negara Israel," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (28/4/2020).
Hanya saja pengakuan itu akan berlaku jika Pemerintah Israel setuju untuk bernegosiasi dengan Palestina sesuai dengan yang ditetapkan dalam Visi Presiden Trump.
Pernyataan AS itu muncul setelah Netanyahu mengatakan pada Senin bahwa dia yakin AS akan memberi Israel persetujuan dalam waktu dua bulan untuk bergerak maju dengan aneksasi de facto atas bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki.
Trump, yang punya basis dukungan Kristen Evangelis sangat mendukung Israel. Sebelumnya Trump telah memindahkan Kedutaan AS ke Yerusalem dari Tel Aviv, yang memicu aksi protes warga Palestina.