Bisnis.com, JAKARTA - Terhitung hingga hari ini, Selasa (28/4/2020), sudah ada 16 negara bagian dan satu teritori yang mengusulkan penundaan prapemilu Amerika Serikat. Salah satunya, sekaligus yang pertama kali menempuh sikap tersebut, adalah New York.
Komite Pemilihan New York telah bulat menyatakan pembatalan terhadap prapemilu di wilayahnya yang semula dijadwalkan pada 23 Juni 2020. Sikap itu pun memunculkan kritik keras dari politikus kondang Partai Demokrat, Bernie Sanders.
Kendati telah mundur dari bursa dan menyatakan dukungan penuh pada Joe Biden, Sanders menilai seharusnya prapemilu tetap dilakukan. Sebab proses prapemilu bisa menjadi ajang unjuk gigi calon pemimpin masa depan. Ajang ini juga bisa jadi tempat memunculkan isu atau sentimen baru untuk konvensi partai.
Sanders mengaku kecewa pula pada Gubernur New York, Andre Cuomo yang dipandangnya tak punya keseriusan menjamin terlaksananya prapemilu. Apalagi, jauh sebelum pembatalan ini Cuomo sudah lebih dulu mewacanakan penundaan prapemilu New York dari tanggal dari 28 April jadi 23 Juni 2020.
Atas pertimbangan itu pula, Sanders lantas mendesak Komite Nasional Demokrat (DNC) untuk melobi sikap New York.
"Keputusan itu adalah hal yang memalukan. Sebuah pukulan untuk demokrasi AS, dan harus dilawan oleh DNC," ucap Sanders melalui juru bicaranya, Jeff Weaver seperti dilansir Bloomberg.
Sanders juga mengkorelasikan sikap New York terhadap tindakan Donald Trump yang terkesan berupaya menunda Pilpres AS dengan alasan virus corona.
"Padahal baru pekan lalu Joe Biden mengingatkan betapa bahaya bila Trump menjadikan corona pembenaran menunda pemilu. Saat ini sikap serupa sudah diindikasikan sejumlah negara bagian, dan terima kasih karena New York adalah yang memulai," sambung pernyataan tersebut.
Di sisi lain, David Bergstein, salah seorang juru bicara Komite Pemilihan New York membantah tudingan Sanders. Bergstein mengatakan sikap New York ditempuh lantaran mereka memandang prapemilu tak ada gunanya lagi, sebab suara Demokrat sudah dinilai mutlak jatuh kepada Joe Biden.
"Tak ada gunanya lagi melanjutkannya, apalagi bila hanya dengan alasan menambah isu baru untuk bekal konvensi partai," ujar Bergstein.
Sebagai catatan, prapemilu merupakan salah satu rangkaian panjang menuju pemilu di AS. Dalam prapemilu tahun ini yang semula direncanakan menggunakan sistem Presidential Primary, warga akan memilih kandidat bakal calon presiden dari dari daftar nama yang diajukan masing-masing partai.