Bisnis.com, JAKARTA — Merebaknya sentimen anti Muslim di India menghambat pemerintah dan otoritas setempat dalam mengendalikan angka persebaran Covid-19.
Belakangan, maraknya ujaran kebencian yang tersebar lewat aplikasi pesan instan dan media sosial bikin warga Muslim ragu melaporkan kondisi kesehatan mereka yang sebenarnya.
"Saat ini, ada ketakutan besar di kalangan komunitas Muslim. Kebencian terhadap mereka bikin orang Muslim merasa tidak aman. Sebagian merasa bersalah karena berpikir dirinya telah ikut andil menyebarkan virus," ujar Asisten Komisioner di pemerintah kawasan Mumbai seperti dilansir Bloomberg, Jumat (24/4/2020).
Sentimen kebencian ini bermula tatkala pada akhir Maret, 200 warga Muslim, termasuk imigran dari Indonesia dan Malaysia, menghadiri acara Tabligh Akbar yang dinilai tak sesuai imbauan pembatasan sosial. Ratusan orang positif terjangkit virus corona akibat aktivitas ini.
Puncaknya, pekan lalu, aparat Mumbai, New Delhi dan sekitarnya mendapat banyak laporan masuk soal peristiwa penjarahan dan kekerasan terhadap orang-orang Muslim.
Poolemik juga sempat muncul ketika rumah sakit swasta Valentis Cancer Hospital membuat iklan di koran yang berbau diskriminasi. Rumah sakit ini mengatakan bahwa orang Muslim yang berobat ke Valentis wajib menyertakan hasil laboratorium untuk membuktikan mereka tak membawa virus corona.
Baca Juga
Pihak Valentis kemudian meminta maaf sehari setelah iklan itu.
"Kami minta maaf, kami tidak bermaksud menyakiti orang Muslim," tulis mereka dalam pernyataan resmi.
Di sisi lain, Pemerintah India belum merasakan fenomena ini sebagai hal genting.
"India adalah surga untuk semua agama. Keamanan warga akan kami jamin tak peduli apapun status sosial, agama, dan latar belakang ekonominya," ucap Menteri Hubungan Minoritas Mukhtar Abbas Naqvi seperti dilansir Bloomberg.
Hingga saat ini, sudah ada 21.700 lebih kasus Covid-19 terkonfirmasi di India. Sebanyak 4.325 orang dinyatakan sembuh, tapi 686 orang telah kehilangan nyawa mereka.