Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reagen Langka, Pengelola Laboratorium Covid-19 Minta Pemerintah Turun Tangan

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio menjelaskan bahwa ketersediaan stok test kit penting untuk mendukung target peningkatan kapasitas pengetesan Covid-19.
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati (dari kanan), bersama Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kemenristekdikti Amin Soebandrio, dan Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma Tbk. Pre Agusta menjadi pembicara pada peluncuran program Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018, di Unair, Surabaya, Selasa (8/5)./JIBI-Wahyu Darmawan
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati (dari kanan), bersama Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kemenristekdikti Amin Soebandrio, dan Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma Tbk. Pre Agusta menjadi pembicara pada peluncuran program Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018, di Unair, Surabaya, Selasa (8/5)./JIBI-Wahyu Darmawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah perlu mulai mengamankan ketersediaan stok test kit pendukung pengetesan sampel Covid-19, seperti reagen yang mulai mengalami kelangkaan.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio menjelaskan bahwa ketersediaan stok test kit penting untuk mendukung target peningkatan kapasitas pengetesan Covid-19.

"Sesuai dengan arahan bapak Presiden itu kan kita se-Indonesia diharapkan sehari mampu mengetes 10.000 [sampel]. Tentunya harus diimbangi dengan peningkatas kapasitas lab, ketersediaan peralatan, reagen, dan sumber daya manusia [SDM]-nya," ujar Amin kepada Bisnis, Selasa (21/4/2020).

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanggulangan Covid-19 Achmad  Yurianto mengakui keterlambatan supply reagen pada hari ini berdampak pada berhentinya pemeriksaan virus corona pada tujuh laboratorium jejaring Kementerian Kesehatan (Kemenkes) seperti di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Jakarta, Surabaya, dan Palembang.

Amin mengungkap bahwa laboratorium Eijkman pun ikut terpengaruh kelangkaan reagen. Terlebih, laboratoriumnya masih mengontak vendor dan mengadakan reagen secara swadaya, walauphn pendanaannya dibantu pemerintah.

"Ini kan di seluruh dunia semua sedang membutuhkan reagen. Indonesia juga terkena imbas [Covid-19] dan membutuhkan banyak. Sebenarnya [kelangkaan] terkait reagen ini kalau kami tidak menghentikan sama sekali pengetesan, tidak. Tapi memang jumlahnya semakin terbatas, jadi kita mesti menyiasatinya," jelasnya.

Terkini, Eijkman berharap besar agar wacana ketersediaan test kit pendukung untuk laboratorium jejaring Kemenkes dijamin pemerintah bisa terlaksana.

Menurutnya, sudah ada pendataan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 agar masing-masing laboratorium memberikan masukan dan perincian kebutuhan peralatannya.

"Memang itu yang kami sarankan. Tapi kita perlu memahami dulu bahwa tidak semua laboratorium metodenya sama. Kalau mau sentralisasi, harus diidentifikasi dengan baik, mana lab yang menggunakan metode protokol A, mana yang menggunakan protokol B. Kemudian pemerintah bisa menyediakan sesuai kebutuhan kita masing-masing," ungkapnya.

Amin berharap dengan ketersediaan test kit yang baik, peningkatan kapasitas pengetesan seluruh Indonesia secara beriringan bisa meningkat di seluruh provinsi, sesuai kasus positif Covid-19 yang ada di daerah tersebut.

Eijkman sendiri kini memiliki kapasitas mengetes 360 sampel Covid-19 per hari dan akan meningkatkan kapasitas menjadi dua kali lipat, hingga target akhir mencapai 1.000 tes per hari.

Perlu Intervensi Pemerintah

Hal senada diungkap Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Endra Muryanto yang juga mengaku terdampak kelangkaan reagen untuk tes Covid-19.

Beruntung, Labkesda DKI baru saja mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat sebanyak 1.500 reaksi untuk RNA dan 500 sampel untuk PCR.

"Saat ini yang paling urgen memang reagen. Tapi Alhamdulillah sudah ada bantuan. Karena sekarang semua mau alat, mau Reagen, itu inden. Tadi saya pesan [distributor] bilang sudah tidak bisa. Kalau seperti itu mungkin mesti negara kali ya. Mereka sudah sampai bilang tidak sanggup, janji saja pada bulan Juni. Tapi kan lama sekali, belum ada kepastian," ungkapnya.

Endra pun berharap besar agar wacana pemerintah pusat mengambil alih pemesanan peralatan test kit Covid-19 terealisasi agar kebutuhan laboratorium jejaring Kemenkes seperti Labkesda DKI bisa terpenuhi dengan efektif.

"Saya dengar-dengar mau jadi satu melalui BNPB yang pesan. Dari mereka untuk kebutuhan se-Indonesia. Mudah-mudahan kalau melihat kebutuhan besar untuk Indonesia alatnya jadi tersedia," tutup Endra.

Labkesda DKI sendiri kini memiliki kapasitas 400 tes per hari dari laboratorium utama dan laboratorium darurat di RSUD Pasar Minggu. Dalam waktu dekat, Labkesda DKI akan menambah lagi kapasitasnya mencapai 600 tes per hari lewat pembangunan laboratorium darurat di RSKD Duren Sawit.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper