Bisnis.com, JAKARTA - Pakar komunikasi politik menilai sejumlah kesalahan komunikasi dari pemerintah ke masyarakat yang blunder dan terkesan bercanda selama masa pandemi Virus Corona atau Covid-19 jangan sampai terulang kembali.
Wijayanto, Peneliti dari Center for Media and Democracy, LP3ES dalam laporannya, menyatakan bahwa berbagai studi telah menunjukkan kualitas komunikasi merupakan salah satu faktor penting bagi terbangunnya kepercayaan.
Jika kualitas komunikasi antar anggota dalam suatu kelompok cukup bagus, maka akan semakin tinggi tingkat kepercayaan antara anggota dalam kelompok. Sebaliknya, makin rendah kualitas komunikasi antara anggota kelompok maka semakin rendah pula tingkat kepercayaan di antara mereka.
“Maka dalam masa bencana, komunikasi yang berkualitas berperan penting bagi terbangunnya kepercayaan diri publik untuk menghadapi bencana, meredam kepanikan, meminimalisir rumor dan membantu publik menyiapkan diri menghadapi krisis,” ujar Wijayanto, Selasa (14/4/2020).
Dia menjelaskan salah satu model yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi yang efektif pada masa bencana adalah Crisis and Emergency Risk Communication (CERC) yang digagas oleh Barbara Reynolds dan Matthew W Seeger (2005). Adapun langkah komunikasi ituterdiri dari 5 tahapan yaitu sebelum krisis (pre-crisis), awal krisis (initial event), selama krisis (maintenance), resolusi (resolution), evaluasi (evaluation).
Pernyataan Blunder
Dalam penelitiannya, Wijayanto menemukan kurang dari 100 hari sejak wabah Covid-19 menjadi isu dan ancaman di Indonesia mulai akhir Januari, telah ada 37 pernyataan blunder yang dikeluarkan oleh Jokowi dan kabinetnya dalam penanganan Covid19 yang terdiri dari; 13 pernyataan blunder di masa pra krisis, 4 pernyataan blunder di awal krisis, dan 20 pernyataan blunder di masa krisis.
Salah satu pernyataan blunder yang hangat dibicarkan justru datang dari Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Kerpresidenan Senin 2 Maret 2020. Terawan mengatakan bahwa Virus Corona atau Covid-19 termasuk dalam self limited disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Namun hal ini dengan catatan kondisi tubuh dalam keadaan kuat.
“Harus diingat ini penyakit self limited disease, penyakit yg bisa sembuh sendiri. Sama seperti virus lain,” katanya (Bisnis.com 2/3/2020).
Dia pun merekomendasikan agar selama masa bencana, komunikasi bencana perlu satu pintu. Wijayanto juga menganjurkan agar batasi secara ketat anggota kabinet yang boleh berbicara di media.
“Perlu koordinasi yang baik antar para menteri, ketua BNPB dan para juru bicara,” ungkapnya.
Dia menamabhakn, para anggota kabinet perlu lebih prudent dalam membuat statemen di twitter atau media sosialnya. Para anggota kabinet perlu diet atau puasa media sosial dan puasa mengeluarkan statement di media.
“Menteri yang tidak terkait masalah Covid-19 hendaknya tidak perlu banyak membuat statement. Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda,” tuturnya.