Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sudahi Perang Harga Minyak, OPEC+ Sepakat Pangkas Produksi 10 Juta Barel/Hari

Kesepakatan ini diawali penolakan Meksiko. Namun Donald Trump berhasil melobi sang presiden, Andres Manuel Lopez Obrador. Kini, produksi minyak di bawah 10 juta barel per hari, seperti rencana awal.
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Perang harga minyak akhirnya usai dengan kesepakatan anggota OPEC+ untuk memangkas produksi menjadi 9,7 juta barel per hari, persis di bawah rencana awal sebesar 10 juta.

Setelah upaya diplomasi dan perundingan bilateral melalui video conference selama pekan lalu, para menteri dari aliansi OPEC+ dan negara-negara Kelompok 20 (G20), akhirnya menyepakati langkah penanganan dampak pandemi virus Corona terhadap permintaan minyak.

Perundingan hampir tak menemui kata sepakat pada akhir pekan lalu dengan penolakan Meksiko. Presiden AS Donald Trump turun tangan, membantu menengahi kompromi terakhir.

Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengatakan sangat puas dengan kesepakatan yang telah dicapai itu. "Saya sangat senang dengan kesepakatan itu," katanya dilansir Bloomberg, Senin (13/4/2020).

Perjanjian itu mengakhiri bulan penuh gejolak ketika minyak mentah Brent jatuh ke level terendah dalam hampir dua dekade menjadi sekitar US$ 20 per barel. Sedangkan awal tahun ini, Brent masih diperdagangkan di atas US$70 per barel.

Dengan pandemi Corona yang melumpuhkan perjalanan udara dan darat, permintaan bensin, bahan bakar jet dan diesel otomatis runtuh. Hal itu mengancam masa depan industri serpih AS, stabilitas negara-negara yang bergantung pada minyak dan menekan aliran petrodolar melalui ekonomi global yang sedang terpukul.

AS, Brasil, dan Kanada akan menyumbang pemangkasan produksi 3,7 juta barel per hari di atas kertas karena menurunnya jumlah produksi. Sedangkan negara-negara G20 lainnya akan berkontribusi 1,3 juta per hari. Namun, angka G20 tidak mewakili pemotongan sukarela yang sebenarnya, tetapi mencerminkan dampak anjloknya harga pada output.

"OPEC+ memulai kebakaran, dan itu adalah tanggung jawab mereka untuk memadamkannya. Banyak bulan yang menantang di depan dengan permintaan yang sangat rendah dan persediaan besar, tetapi setidaknya sekarang ada jalan menuju pemulihan," kata Jason Kenney, Perdana Menteri Alberta, provinsi penghasil minyak terbesar di Kanada.

Meksiko yang sebelumnya menolak kesepakatan berbalik arah setelah mendapat persetujuan hanya akan memotong 100.000 barel per hari, kurang dari angka pukul rata negara-negara OPEC+.

Menurut para delegasi, kini posisi Meksiko di OPEC+ tidak pasti, karena diperkirakan akan memutuskan untuk meninggalkan aliansi itu dalam dua bulan ke depan.

Adapun pemenang terbesar dari upaya diplomasi ini tampaknya adalah Trump, yang menolak untuk secara aktif memangkas produksi minyak Amerika dan secara pribadi menjadi perantara transaksi melalui telepon dengan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Raja Salman dari Arab Saudi.

Trump menjadi presiden Amerika pertama yang mendorong harga minyak lebih tinggi dalam lebih dari 30 tahun, membalikkan oposisi pribadinya terhadap kartel.

Pemangkasan produksi akan berlangsung selama sekitar dua tahun, meskipun tidak pada tingkat yang sama dengan dua bulan awal. Menyalin model yang diadopsi oleh bank sentral untuk mengurangi pembelian obligasi, OPEC juga akan mengurangi ukuran pemotongan dari waktu ke waktu.

Setelah Juni 2020, potongan 10 juta barel akan turun menjadi 7,6 juta per hari sampai akhir tahun, dan kemudian menjadi 5,6 juta dari 2021 hingga April 2022.

Berdasarkan ketentuan tersebut, Arab Saudi akan memangkas produksinya di bawah 8,5 juta barel per hari, level terendah sejak 2011. Kesepakatan OPEC+ mengukur pemotongan Saudi dari baseline 11 juta barel per hari, sama dengan Rusia.

Namun dalam kenyataannya produksi kerajaan akan menurun dari tingkat yang jauh lebih tinggi. Pada April 2020, Arab Saudi meningkatkan produksi ke 12,3 juta barel per hari sebagai bagian dari perangnya dengan Rusia.

"Kami ingin mendapatkan kembali stabilitas pasar minyak," kata Pangeran Abdulaziz.

Goldman Sachs Group Inc. menyebut pemangkasan itu terlalu sedikit dan terlambat. Selain itu, pemangkasan hanya mengarah pada pengurangan aktual sekitar 4,3 juta barel per hari dari tingkat kuartal pertama.

"Pada akhirnya, ini hanya mencerminkan bahwa tidak ada pemotongan sukarela yang cukup besar untuk mengimbangi 19 juta barel per hari rata-rata kehilangan permintaan April-Mei akibat virus corona," tulis analis bank dalam sebuah laporan.

Dengan negara-negara di seluruh dunia memperluas karantina, jumlah kematian meningkat di New York, dan pengangguran meledak di Amerika, pasar minyak kini jauh lebih khawatir tentang konsumsi daripada pasokan.

OPEC sendiri mengakui tantangan itu dan mengatakan bahwa permintaan minyak global akan turun 20 juta barel per hari pada April 2020. "Permintaan turun lebih dari dua kali lipat dari penurunan 9,7 juta barel per hari," kata Amrita Sen, kepala analis minyak di konsultan Energy Aspects Ltd. grup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper