Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan meluncurkan paket stimulus senilai US$989 miliar (sekitar Rp16.374 triliun) untuk menekan dampak negatif pandemi virus corona atau Covid-19.
Nilai paket kebijakan itu menjadi yang terbesar sepanjang sejarah Jepang. Dia dijadwalkan membuat pengumuman resmi langsung dalam konferensi pers Selasa (7/4/2020) waktu setempat.
Paket ini ditaksir setara dengan 20 persen output ekonomi Jepang. Paket kebijakan itu meliputi pemberian uang tunai senilai 6 triliun yen untuk rumah tangga dan UMKM terdampak virus, serta penangguhan bisnis atas pajak dan biaya layanan sosial setara total 26 triliun yen.
Dokumen terbaru juga menyebut beberapa kebijakan dalam stimulus ini mengatur subsidi bagi karyawan yang terancam kehilangan pekerjaan, penundaan pajak daerah selama satu tahun untuk perusahaan-perusahaan terdampak virus corona, juga kebijakan bebas pajak properti untuk bisnis-bisnis kecil.
Ada pula isu pemerintah bersiap menganggarkan obat antiflu untuk dua juta orang, meski pemerintah belum membenarkannya.
"Rincian langkah-langka dan jumlah yang terlibat sedang dimatangkan sampai menit-menit terakhir," tutur Kepala Kebijakan Partai DLB, Fumio Kishida, Senin (6/4/2020).
Baca Juga
Sejauh ini tingkat pekerjaan di Jepang masih pada taraf aman. Angka pengangguran di negara ini berada di level 2,4 persen pada Februari. Kendati demikian, ada penurunan tajam dalam hal jumlah lowongan selama tiga tahun terakhir.
Selain pengumuman soal paket stimulus, seperti dilansir Bloomberg, Abe juga akan sekaligus mengumumkan keadaan darurat di tiga prefektur, yakni Osaka, Hyogo, dan Fukuoka.
Para ekonom belakangan mengklaim Jepang terancam resesi besar. Ancaman tersebut muncul karena lumpuhnya pasar ekspor, penundaan Olimpiade, hingga prospek pembatasan sosial lebih panjang untuk ibu kota negara Tokyo.