Covid-19 Pengaruhi Militer
Sekarang, dengan begitu banyak konflik berkecamuk di seluruh dunia dan di banyak tempat yang berbeda, kita sudah melihat bagaimana dampak wabah Covid-19 memengaruhi pasukan militer dan perjuangan bersenjata.
Sebagaimana banyak diberitakan media massa saat ini, perang di Yaman tampaknya telah memasuki gencatan senjata. Alasannya adalah karena semua pihak yang berkonflik, termasuk Arab Saudi, khawatir akan penyebaran Covid-19.
Sementara itu, di Meksiko, kartel narkoba kehabisan impor bahan mentah dari China yang diperlukan untuk menghasilkan metamfetamin dan fentanil.
Fentanil diperlukan untuk produksi heroin yang turut “menggerakkan” perekonomian sejumah negara.
Kini, pandemi ini telah memperlambat perdagangan di seluruh dunia, termasuk perdagangan narkoba internasional. Penyebaran virus telah menyebabkan kenaikan harga bagi pencandu narkoba di AS.
Selama ini, narkoba telah memicu banyak aksi kekerasan di negara yang telah dirusak oleh konflik bertahun-tahun di antara kartel yang berbeda.
Akankah berbagai kelompok terlibat konflik satu sama lain karena sumber daya yang langka berhenti?
Tentu jawaban ini membutuhkan waktu. Demikian juga dengan pertanyaan lain. Akankah semakin banyak pengungsi yang meninggalkan negara mereka akibat konflik dan perang narkoba?
Demikian pula di Suriah yang terlibat perang saudara sejak beberapa tahun. Wabah Covid-19 akan menjadi ancaman baru setelah pemerintah negara itu menghadapi tantangan yang signifikan dan menghadapi kehancuran infrastruktur akibat perang saudara.
Para pengungsi Suriah juga bisa membawa gelombang kedua pandemi ke Eropa yang sudah terpapar Covid-19 tertama Italia, Spanyol, Inggris, dan Prancis.