Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras internasional melonjak karena kekeringan melanda Thailand dan Vietnam, eksportir utama global. Sementara itu, kepanikan konsumen juga terjadi seiring dengan ketakutan kurangnya pasokan di tengah pandemi virus Corona.
Dilansir Asian Review, Rabu (1/4/2020), harga beras ekspor yang menjadi patokan mencapai US$550 per ton pada akhir Maret 2020. Harga itu merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2013. Beras Vietnam juga dihargai lebih dari $400 per ton, level yang tertinggi sejak Desember 2018.
Departemen Pertanian AS pada Februari memproyeksikan perdagangan beras global 2020 sebesar 45,3 juta ton, turun 700.000 ton dari perkiraan Januari.
Dunia menghasilkan sekitar 500 juta ton beras per tahun, tetapi sebagian besar untuk konsumsi domestik. Volume perdagangan beras berada di bawah tepung, membuat harga rentan terhadap kontraksi liar antara penawaran dan permintaan.
Menurut Departemen Pertanian AS, Thailand mengekspor sekitar 11,1 juta ton beras pada 2018 dan Vietnam sekitar 6,6 juta ton. Kedua negara itu masing-masing bertanggung jawab atas 23 persen dan 14 persen pasar dunia.
Sebuah kelompok perdagangan di Thailand memprediksi ekspor negara itu turun menjadi 7,5 juta ton pada 2020. Juga tidak ada peningkatan yang signifikan untuk beras Vietnam.
Baca Juga
Salah satu masalah adalah kekurangan air. Daerah pertanian utama Thailand membentang di sepanjang Sungai Chao Phraya, sementara Vietnam berada di delta Sungai Mekong. Curah hujan di daerah hulu telah turun sekitar 30 persen dari tingkat normal sejak Agustus 2019.
Menurut Kepala Lembaga Penelitian Pertanian Organik di Vietnam, krisis ini lebih buruk daripada 2016, yang merupakan tahun paling serius dalam beberapa tahun terakhir,
Aktivitas pembagunan yang marak juga merupakan faktor lain. Daerah hulu Sungai Mekong di China selatan adalah rumah bagi 11 bendungan, dengan rencana sekitar 10 bendungan lagi. Laju aliran di daerah hilir telah menurun, bahkan memungkinkan air laut mengalir ke hulu.
SCB Economic Intelligence Center, sebuah unit dari Siam Commercial Bank memprediksi jika kekeringan berlanjut hingga Juni, panen beras Februari-Juli di Thailand akan turun setengahnya pada tahun ini.
Harga yang lebih tinggi dikhawatirkan memicu inflasi di negara-negara pembeli seperti China, Indonesia, dan Nigeria. Harga impor meningkat di negara-negara berkembang atau penghasil minyak ini, karena mata uang melemah di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga minyak mentah. Jika harga beras terus naik, konsumsi di negara-negara ini dapat menurun secara signifikan.