Bisnis.com, JAKARTA – Airbnb Inc. menyiapkan dana sebesar US$250 juta atau sekitar Rp4 triliun untuk membantu para mitra pemilik properti atau tuan rumah yang kehilangan pendapatan akibat pembatalan pesanan kamar para tamunya.
Start-up, yang rencananya akan go public pada tahun ini awalnya sempat menuai kritik dari para tamu dan tuan rumah atas kebijakan pengembalian uang terkait pandemi global.
Airbnb awalnya menolak pengembalian uang para tamu di Amerika Serikat (AS) atas pembatalan terkait virus Corona. Namun, beberapa hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus Corona sebagai pandemic pada 11 Maret, Airbnb akhirnya menyatakan bahwa wisatawan di AS dapat menerima pengembalian uang.
Keputusan itu mengurangi kritik dari konsumen, tetapi merupakan berita buruk bagi tuan rumah, karena banyak dari mereka yang khawatir akan kehilangan pendapatan di masa depan.
Pengumuman hari Senin (30/3/2020) adalah tanggapan terhadap serangan berkelanjutan dari para tuan rumah atau pemilik properti, beberapa di antaranya membeli properti secara khusus untuk mendaftarkannya di Airbnb.
Perusahaan mengatakan akan membayar 25 persen biaya pemesanan yang biasanya didapatkan dari pemesanan kamar.
Baca Juga
Chief Executive Officer Airbnb, Brian Chesky menggambarkan dilema perusahaan dalam sepucuk surat kepada para pemilik properti.
"Jika kami mengizinkan tamu untuk membatalkan dan menerima pengembalian uang, kami tahu itu dapat memiliki konsekuensi signifikan pada mata pencaharian Anda," ujar Brian seperti dilansir Bloomberg, Selasa (31/3/2020).
Meskipun demikian, Brian menambahkan bahwa pihaknya tidak bisa membuat tamu dan tuan rumah merasa tertekan dan menempatkan diri mereka dalam situasu yang tidak aman dan menciptakan bahaya bagi kesehatan masyarakat.
Airbnb juga mengingatkan tuan rumah bahwa mereka telah berhasil melobi Kongres untuk membiarkan tuan rumah mengajukan permohonan bantuan federal melalui program bantuan bisnis kecil dan asuransi pengangguran, sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi baru-baru ini.
Pendiri perusahaan telah berkomitmen US$10 juta untuk membantu tuan rumah tertentu yang mengalami kesulitan membayar sewa propertinya.
Platform itu sendiri jarang memiliki properti yang dicantumkannya, dan bertindak sebagai perantara antara tamu dan tuan rumah. Model ini, yang telah menjadikan Airbnb menjadi salah satu perusahaan rintisan swasta paling bernilai sepanjang masa.
Bahkan sebelum pandemi membuat industri perjalanan global menukik, Airbnb menghadapi tantangan keuangan. Dalam tiga bulan terakhir di tahun 2019, perusahaan kehilangan US$276,4 juta tidak termasuk bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, dibandingkan dengan kerugian sebesar US$143,7 juta pada tahun sebelumnya.
Airbnb memiliki setidaknya US$2 miliar uang tunai di awal tahun ini, seseorang yang akrab dengan masalah ini mengatakan. Perusahaan juga mempertimbangkan untuk mengumpulkan lebih banyak uang dari investor.