Bisnis.com, SHENZHEN - Penyedia sekuensing genom terkemuka di China, Beijing Genomics Institute (BGI), pada Jumat (27/3) mengumumkan bahwa pihaknya telah mengantongi izin penggunaan darurat alat uji Virus Corona ata Covid-19 dari badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (AS), Food and Drug Administration (FDA).
Kantor berita China, Xinhua, melaporkan bahwa hal itu mengindikasikan bahwa produk tersebut, yang diberi nama Real-Time Fluorescent RT-PCR Kit for Detecting SARS-2019-nCoV, telah memperoleh kualifikasi untuk secara resmi memasuki pasar klinis di AS, demikian menurut pengumuman BGI.
"Perusahaan yang berbasis di Shenzhen itu menyelesaikan penelitian dan pengembangan (litbang) uji diagnostiknya pada pertengahan Januari, yang sebelumnya telah mendapatkan persetujuan darurat dari Administrasi Produk Medis Nasional China, diikuti dengan penandaan CE-IVD," tulis Laporan Xinhua, yang diterbitkan Antara pada Minggu (29/3/2020).
CEO BGI Yin Ye mengatakan persetujuan dari FDA itu akan membantu menyediakan layanan pengujian berkualitas tinggi dengan hasil yang akurat untuk masyarakat di Negeri Paman Sam tersebut.
"Hasil uji asam nukleat akan membantu upaya pemeriksaan dan memungkinkan para profesional medis merespons dengan cepat, sehingga dapat membantu mengurangi penyebaran virus Covid-19," kata Yin.
BGI sejauh ini telah memproduksi lebih dari 7 juta alat uji dan melakukan pengujian terhadap hampir 580.000 orang di China selama perang melawan epidemi tersebut, serta melanjutkan kembali pekerjaan dan produksinya secara nasional.
Alat uji tersebut telah digunakan di 70 negara dan kawasan termasuk Jepang, Brunei, Thailand, Uni Emirat Arab, Mesir dan Peru.
Alat uji itu menggunakan metode RT-PCR (Reverse transcription polymerase chain reaction).
Saat ini ada dua model tes uji sample Corona yang bisa diterapkan. Pertama, menguji sampel dari lendir di mulut dan hidung dengan teknik RT-PCR (reverse transcription polymerase chain reaction) di laboratorium.
Kedua, menguji antibodi dari dalam darah. Metode yang sangat sederhana sehingga dapat menghasilkan "negatif palsu". Artinya hasil tesnya negatif, tetapi jika diperiksa lendir di mulut atau hidung dengan RT-PCR ternyata hasilnya positif Corona. Metode inilah yang saat ini dipakai di indonesia.