Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri BUMN Pastikan 4,7 Juta Masker Tersedia 31 Maret 2020

Kementerian BUMN melakukan produksi 4,7 juta masker, produksi sendiri. Bahan baku didapatkan dari negara-negara lain
Menteri BUMN Erick Thohir/ ANTARA - Rivan Awal Lingga
Menteri BUMN Erick Thohir/ ANTARA - Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir memastikan bahwa produksi masker yang dikerahkan oleh Kementerian BUMN akan tersedia pada 31 Maret 2020.

"Kementerian BUMN melakukan produksi 4,7 juta masker, produksi sendiri. Bahan baku didapatkan dari negara-negara lain," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (20/3).

Berdasarkan catatan Bisnis, Produksi masker akan dilakukan oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI dengan melibatkan produsen lokal lainnya.

Di samping itu, impor bahan baku masker akan dilakukan secara government to government (G2G) dengan sejumlah negara seperti China, India, Jepang, dan Perancis.

Sebelumnya pihak Kementerian BUMN telah mengimpor bahan baku dari India namun sudah habis untuk diproduksi.

Erick juga menyampaikan selain BUMN, sejumlah perusahaan swasta juga sudah menyatakan keinginan mereka untuk terlibat dalam pengadaan alat perlindungan diri (APD) yang saat ini mengalami kelangkaan, khususnya bagi para petugas medis.

Kerja sama dengan pihak swasta nantinya akan dikoordinasikan dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin)

Produksi masker, selain untuk kebutuhan penanganan wabah virus corona, juga akan ditujukan pada kebutuhan mendatang yakni bagi jamaah haji dan umrah.

"Ke depan kita ingin koordinasi dengan Kementerian Agama supaya kebutuhan masker dapat dipenuhi dengan produksi dilakukan di dalam negeri," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Erick juga menyampaikan bahwa Kementerian BUMN, melalui anak usahanya di bidang farmasi, juga memproduksi obat yang dibutuhkan dalam penanganan virus corona.

"Tapi saya tidak bisa bilang apa namanya, yang penting obat ini tersedia untuk yang sakit dan sudah digunakan di beberapa negara lain. Jumlahnya juga signifikan, cukup untuk sekitar 60.000 pasien. Sudah disiapkan stoknya," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper