Bisnis.com, JAKARTA -- Negara-negara Asia telah mengambil pendekatan dramatis yang berbeda dalam pelaksanaan skrining virus corona.
Korea Selatan belajar dari pengalamannya dengan MERS, yang menewaskan 36 orang dan menginfeksi 186 orang pada 2015.
Negara itu memberi dokter wewenang untuk melakukan tes virus corona, memungkinkan pusat pengujian untuk mendirikan layanan drive-thru di mana orang-orang diambil sampelnya tanpa meninggalkan mobil mereka, menurunkan risiko infeksi silang.
"Jika dokter mencurigai kasus Covid-19, mereka dapat melanjutkan pengujian tanpa batasan," kata seorang pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea pada konferensi pers, seperti dikutip melalui Nikkei Asian Review, pada Selasa (17/3)
Korea Selatan telah memeriksa lebih dari 210.000 orang terkait infeksi virus corona dan telah meningkatkan kapasitas pengujian harian menjadi 15.000 orang.
Di seluruh dunia, pihak berwenang telah mengadopsi berbagai strategi untuk melakukan pengujian terhadap penduduk mereka.
Baca Juga
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pendekatan setiap negara seperti pengalaman dengan epidemi, sumber daya perawatan kesehatan, jenis tes yang tersedia, hambatan birokrasi dan bimbingan pemerintah.
Sampai dengan Selasa (17/3), Korea Selatan telah mendeteksi 8.320 kasus.
Angka itu terlihat sangat tinggi dibandingkan dengan kasus yang ditemukan di Jepang sebanyak 833 kasus, belum termasuk wabah yang menyerang kapal pesiar Diamond Princess yang bersandar di Yokohama.
Jepang tertinggal jauh dengan 6.000 tes per hari dan total lebih dari 21.000 pengecekan sejak pertengahan Februari.
Jepang menggunakan kriteria WHO yang sama, tetapi tampaknya dengan interpretasi yang lebih ketat. Penyaringan pasien melalui jaringan telepon, yang disediakan Kementerian Kesehatn Jepang, untuk mencegah melonjaknya kebutuhan perawatan kesehatan, suatu kekhawatiran yang juga dirasakan oleh negara-negara lain yang memerangi pandemi.
Hingga saat ini, belum ada negara lain yang melaksanakan tes kesehatan dalam skala sebesar Korea Selatan.
Di Taiwan, hanya mereka yang memiliki kontak dekat dengan pasien yang dikonfirmasi positif virus corona memenuhi syarat untuk pengujian.
Di Thailand, Kementerian Kesehatan Masyarakat mendorong masyarakat untuk mengisi formulir penilaian diri secara online tetapi menyerahkan kepada mereka untuk memutuskan apakah akan melanjutkan tes ke rumah sakit.
Tidak seperti Korea Selatan dan Jepang, di mana asuransi kesehatan masyarakat menanggung biaya tes, masyarakat Thailand dibebani tagihan 15.000 baht atau US$474.
Di Filipina, meskipun kurangnya cakupan layanan kesehatan universal, pemerintah menanggung biaya pengujian. Tetapi negara ini baru melakukan lebih dari 4.550 tes untuk populasi lebih dari 109 juta jiwa.
Filipina tampaknya memiliki jalan untuk memperluas kapasitas itu, setelah Administrasi Makanan dan Obat mengizinkan kit yang dikembangkan secara lokal oleh Universitas Filipina dan Institut Kesehatan Nasional.
Kit baru ini akan memungkinkan pengujian lebih lanjut tanpa menunggu persediaan WHO.
Di AS, yang juga dihadapi dengan keterbatasan pengujian tes virus corona, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengembangkan tes yang hanya membutuhkan waktu 45 menit dan mendistribusikannya ke 48 laboratorium negara.
Hingga hari ini jumlah orang yang telah melakukan tes di AS masih lebih sedikit daripada di Jepang, dan pasien harus membayar sekitar US$3.200 untuk melakukan pengujian.