Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat pengangguran Hong Kong kemungkinan naik ke level tertinggi dalam sembilan tahun pada Februari 2020 karena wabah virus corona dan anjloknya harga aset.
Sekretaris Keuangan Paul Chan mengatakan kedua hal itu telah membebani perekonomian Hong Kong.
Dilansir Bloomberg, Senin (16/3/2020), pernyataan ini diumumkan sebelum rilis data lapangan kerja, besok. Tingkat pengangguran diperkirakan mencapai 3,6 persen, tertinggi sejak Juni 2011, berdasarkan survei para ekonom. Indeks itu telah naik selama empat bulan berturut-turut dalam serangkaian kenaikan terpanjang sejak 2009.
Sektor perhotelan, ritel, restoran, dan konstruksi adalah beberapa industri yang paling terpukul akibat pemangkasan jam kerja. Dia juga mengatakan setengah pengangguran juga meningkat.
Pemerintah Hong Kong bulan lalu meluncurkan anggaran senilai 120 miliar dolar Hong Kong (US$15,5 miliar), termasuk bantuan satu kali sebesar 10.000 dolar Hong Kong untuk setiap penduduk tetap kota berusia 18 tahun ke atas.
Protes antipemerintah selama berbulan-bulan tahun lalu mendorong Hong Kong jatuh ke jurang resesi tahunan pertamanya dalam satu dekade. Para ekonom memperkirakan kontraksi kedua pada 2020 karena gangguan wabah virus corona akan semakin menekan produksi.
Baca Juga
Chan mendesak anggota parlemen sesegera mungkin untuk menyetujui proyek infrastruktur senilai sekitar 50 miliar dolar Hong Kong untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan.
Otoritas Moneter Hong Kong pada hari ini mengurangi suku bunga acuannya, mengikuti langkah Federal Reserve. Bank sentral AS memangkas suku bunganya dengan persentase poin penuh mendekati nol dan berjanji untuk meningkatkan kepemilikan obligasi setidaknya US$700 miliar.
"Ada banyak likuiditas dalam sistem perbankan dengan dukungan modal yang cukup. Kami akan terus memantau situasi pasar dan menilai potensi risiko sistematis. Bila perlu, kami dapat lebih memperkuat langkah-langkah defensif untuk memastikan stabilitas keuangan," katanya.