Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Tutup Kawasan Kaya Minyak karena Corona

Arab Saudi memutuskan untuk menutup wilayah Shia Qatif, sebuah wilayah yang kaya akan minyak, karena semakin banyaknya warga mereka yang terpapar virus corona. Di sisi lain, mereka menyalahkan Iran atas pesebaran wabah ini.
Umat muslim memakai masker pelindung, menyusul penularan virus corona baru, saat mereka beribadah di Ka'bah di Mesjid Raya, kota suci Mekah, Arab Saudi, Selasa (3/3/2020)./Antara
Umat muslim memakai masker pelindung, menyusul penularan virus corona baru, saat mereka beribadah di Ka'bah di Mesjid Raya, kota suci Mekah, Arab Saudi, Selasa (3/3/2020)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam serangkaian langkah mengantisipasi penyebaran virus corona (covid-19), Arab Saudi telah menutup wilayah Shia Qatif, daerah berpenduduk 500.000 orang yang kaya minyak. Menurut keterangan resmi Kementerian Dalam Negeri, hal ini mengingat bahwa 11 kasus virus corona baru berasal dari Qatif.

Dilansir The Guardian, Senin (9/3/2020), pembatasan perjalanan ke Qatif diumumkan Minggu (8/3/2020). Kebijakan ini merupakan pertama kali dilakukan di antara negara-negara kawasan teluk, yang telah mengkonfirmasi lebih dari 230 kasus virus corona, kebanyakan warga Iran. Kecuali untuk layanan penting seperti apotek dan stasiun pengisian bahan bakar, pekerjaan akan berhenti di semua lembaga pemerintah dan swasta di Qatif.

Selain itu, Saudi juga menangguhkan perjalanan udara dan laut ke sembilan negara serta menutup sekolah-sekolah dan universitas.

Meskipun kementerian mengatakan bahwa isolasi itu bersifat sementara, tetapi langkah tersebut berisiko memicu kemelut di antara penduduk yang telah lama menuduh pemerintah Saudi, yang didominasi Sunni, telah melakukan diskriminasi. Riyadh membantah tuduhan tersebut.

Adapun empat kasus virus corona baru dilaporkan di Saudi hingga hari ini, tiga di antaranya dikatakan telah berhubungan dengan seseorang dengan virus yang dilaporkan kembali dari Iran melalui Uni Emirat Arab, tetapi tidak mengungkapkan kunjungannya ke pihak berwajib. Kasus keempat adalah seorang Amerika yang telah mengunjungi Italia dan Filipina.

Pemerintah juga memutuskan untuk menghentikan sementara perjalanan warga dan penduduk ke UEA, Kuwait, Bahrain, Lebanon, Suriah, Korea Selatan, Mesir, Italia dan Irak, serta menangguhkan masuknya mereka yang datang dari negara-negara itu.

"Kerajaan itu juga memutuskan untuk menghentikan perjalanan udara dan laut antara kerajaan dan negara-negara tersebut," tulis pernyataan resmi. Keputusan itu diperkirakan akan membuat para pekerja asing dari berbagai negara serta para pelancong di Saudi terdampar.

Riyadh juga mengumumkan penutupan semua universitas dan sekolah negeri dan swasta di seluruh negeri hingga pemberitahuan lebih lanjut. Semua kegiatan pendidikan dan Quran di masjid-masjid di negara itu juga dibatalkan.

Menyalahkan Iran

Saudi menyalahkan Iran atas lonjakan kasus virus corona dan mengutuk Teheran karena mengizinkan warganya masuk tanpa menstempel paspor mereka. Iran diketahui merupakan rumah bagi tempat-tempat suci dan kawasan ziarah bagi kaum Syiah. Sebanyak 10 hingga 15 persen atau 32 juta populasi Arab Saudi merupakan Syiah.

Kerajaan itu juga telah menangguhkan perjalanan umrah sepanjang tahun karena kekhawatiran penyakit menyebar ke kota-kota suci Mekah dan Madinah di barat. Penangguhan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah meningkatkan ketidakpastian atas ibadah haji tahunan, yang dijadwalkan akhir Juli.

Haji dan umrah adalah sumber pendapatan utama Arab Saudi, juga bisa menjadi sumber penularan virus. Langkah ini mencerminkan pendekatan kehati-hatian di seluruh Teluk untuk membatalkan pertemuan massal, dari konser hingga acara olahraga. Grand Prix Formula 1 Bahrain yang dijadwalkan 20 hingga 22 Maret 2020 akan digelar tanpa penonton.

Arab Saudi juga bergulat dengan kemerosotan harga minyak yang disebabkan oleh virus corona hanya karena negara itu berusaha untuk mengumpulkan pendanaan rencana transformasi ekonomi ambisius Putra Mahkota, Mohammed bin Salman. Harga minyak mentah anjlok lebih dari 20 persen setelah Riyadh mengatakan akan meningkatkan produksi bulan depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper