Partai Penyeimbang
Posisi Partai Demokrat yang agak ambigu di parlemen dengan menyebut dirinya partai penyeimbang, bukan partai oposisi layaknya di negara demokrasi, menjadikan partai ini menjadi sorotan publik. Agak unik memang.
Sikap partai yang mendua itu tersebut terutama terlihat setelah kalah dalam Pemilihan Presiden 2014.
Saat itu Partai Demokrat bersama sejumlah parpol lainnya mengusung pasangan calon presiden (capres) Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melawan Jokowi—Jusuf Kalla.
Partai Demokrat kembali harus menelan pil pahit pada Pemilu 2019 ketika raihan suaranya kembali seperti pada Pemilu 2004 dengan raihan suara hanya 7,77 persen suara.
Tidak seperti parpol lain, meski DPP Partai Demokrat memutuskan mendukung capres Prabowo-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019, namun kader di sejumlah daerah dibebaskan untuk mendukung pasangan capres Jokowi-Ma’ruf Amin.
Kebijakan ini agaknya menjadi blunder bagi Demokrat, karena posisinya kian serba salah setelah Jokowi-Ma’ruf Amin akhirnya memenangkan kontestasi politik Pilpres 2019.
Kondisi inilah yang membuat partai tersebut kembali menjadi partai menengah di DPR sebagaimana saat pertama kali ikut pemilu pada 2004.