Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Direktur WHO: Kelangkaan Masker Bisa Hambat Penanganan Virus Corona

Direktur Jenderal WHO mengkritisi kondisi yang terjadi secara global, di mana kelangkaan terjadi pada produk masker dan alat kesehatan. Hal ini dinilai menjadi salah satu hambatan untuk menangani penyebaran virus corona.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) untuk Pneumonia karena Novel Coronavirus 2019-nCoV di Jenewa, Swiss, 22 Januari, 2020./Reuters
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) untuk Pneumonia karena Novel Coronavirus 2019-nCoV di Jenewa, Swiss, 22 Januari, 2020./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan kelangkaan masker dan peningkatan harga pada sejumlah alat pelindung diri tenaga medis, akan berdampak pada penanganan virus corona.

Tedros, dalam keterangan resminya yang dikutip dari laman WHO Rabu (4/3/2020), menyebutkan masker dan berbagai alat pelindung diri bagi tenaga medis menjadi langka di beberapa negara. Di samping itu harganya pun melonjak.

Hal ini berdampak pada tidak maksimalnya perlindungan bagi tenaga medis dan juga pelayanan yang diberikan kepada pasien penderita virus corona.

"Kami tidak dapat menghentikan virus corona tanpa melindungi petugas kesehatan kami," ujar Tedros, seperti dikutip dari Antara, Rabu (4/3/2020)

Dia menekankan bahwa petugas kesehatan adalah prioritas utama yang harus dilindungi oleh semua negara dalam menghadapi virus ini.

Namun Tedros menjelaskan saat ini terjadi peningkatan pasokan terhadap alat pelindung diri (APD) secara global yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan, penimbunan, dan penyalahgunaan APD tersebut.

"Kekurangan alat kesehatan ini membuat dokter, perawat dan petugas kesehatan garis depan lainnya tidak siap untuk merawat pasien virus corona, karena terbatasnya akses ke persediaan seperti sarung tangan, masker medis, respirator, kacamata, pelindung wajah, baju isolasi, dan celemek," kata dia.

Dia menyebut bahwa harga masker bedah meningkat enam kali lipat, respirator N95 meningkat tiga kali lipat, dan baju isolasi atau operasi meningkat dua kali lipat. Namun sekarang ini sedang terjadi manipulasi harga di pasaran secara luas, dan tidak jarang stok tersebut dijual pada penawar tertinggi.

WHO saat ini telah mengirim hampir setengah juta perlengkapan APD ke 27 negara, namun persediaannya makin menipis.

WHO memperkirakan bahwa setiap bulan sebanyak 89 juta masker medis yang diperlukan untuk penanganan COVID-19, 76 juta sarung tangan pemeriksaan, dan 1,6 juta kacamata pelindung diri.

Secara global, WHO memperkirakan butuh peningkatan pasokan alat pelindung diri sebesar 40 persen.

Tedros mengatakan bahwa WHO memiliki pedoman untuk merasionalkan penggunaan APD di fasilitas kesehatan dan mengelola rantai pasokan secara efektif.

Hal itu dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pemerintah, produsen, dan Jaringan Rantai Pasokan Pandemi WHO untuk meningkatkan produksi dan mengamankan pasokan untuk negara-negara yang terkena dampak kritis dan berisiko.

Untuk itu WHO meminta kepada para produsen untuk meningkatkan produksi guna menjamin pasokan. Selain itu pemerintah tiap negara juga diminta untuk mengembangkan insentif bagi produsen untuk meningkatkan produksi.

"Ini termasuk pelonggaran pembatasan ekspor dan distribusi peralatan pelindung pribadi dan persediaan medis lainnya," kata Tedros.

Di Indonesia, kelangkaan masker dan cairan pencuci tangan juga terjadi disertai dengan kenaikan harga-harga yang menjadi tidak rasional. Kenaikan harga yang berkali-kali lipat dikarenakan permintaan yang meningkat dari masyarakat yang berbondong-bondong memborong masker.

Namun Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berkali-kali menyampaikan bahwa penggunaan masker lebih ditujukan bagi orang yang sakit untuk mencegah terjadinya penularan dari batuk dan bersin.  Perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan pakai sabun, dinilai  lebih efektif mencegah penyakit ketimbang menggunakan masker.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper