Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona belum mencapai tingkat pandemi, tetapi mengingatkan negara lain untuk meningkatkan persiapan menghadapi skenario tersebut karena telah ada kematian dan infeksi baru di Timur Tengah dan Eropa.
Meski WHO sangat prihatin dengan penyebaran virus corona di negara-negara seperti Korea Selatan, Iran dan Italia, namun pemimpinnya mengatakan pada hari Senin (24/2/2020), bahwa infeksi virus corona di China telah menurun sejak awal Februari yang membuktikan bahwa virus itu bisa diatasi.
"Untuk saat ini, kami tidak menyaksikan penyebaran global dari virus Corona ini dan kami tidak menyaksikan penyakit parah atau kematian dalam skala besar," kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa seperti dikutip Aljazera.com, Selasa (25/2/2020).
Dia menambahkan bahwa bagaimanapun juga negara lain harus melakukan segala hal yang kami bisa dilakukan untuk mempersiapkan pandemi potensial.
"Apa yang kami lihat adalah epidemi di berbagai belahan dunia yang memengaruhi negara-negara dengan cara yang berbeda dan memerlukan respons khusus."
Komentar kepala WHO itu muncul ketika para pejabat di Eropa dan Timur Tengah berupaya untuk membatasi penyebaran wabah itu. Sedangkan pasar saham khawatir akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global karena penyebaran virus yang secara resmi dikenal sebagai COVID-19.
Baca Juga
Sementara itu, di Italia, tempat lebih dari 200 infeksi dan tujuh kematian, pihak berwenang telah membuat penghalang jalan, membatalkan pertandingan sepak bola, menutup kota-kota yang paling parah terkena dampaknya dan melarang pertemuan publik di wilayah yang luas.
ChannelNewsAsia.com melaporkan bahwa di Iran, jumlah korban tewas yang dikonfirmasi bertambah empat orang sehingga berjumlah 12 orang atau jumlah tertinggi untuk negara di luar China.
Akan tetapi, ada kekhawatiran bahwa situasinya mungkin lebih buruk daripada yang diakui secara resmi. Kantor berita semi-resmi ILNA mengutip seorang anggota parlemen lokal di Qom yang mengatakan 50 orang meninggal di sana.
Hanya saja, Pemerintah Iran membantah laporan itu dan menjanjikan transparansi. Meski begitu, pihak berwenang melaporkan terdapat 64 kasus infeksi di Iran. Sedangkan di China sendiri sebanyak 2.592 orang telah meninggal dari 77.000 infeksi.