Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Jiwasraya: Benny Tjokrosaputro Diusulkan Jadi Whistle Blower

Salah satu cara mengungkap mega skandal PTJiwasraya yang merugikan keuangan negara hingga Rp13,7 triliun adalah dengan menjadikan tersangka Direktur Utama PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro (Bentjok) menjadi whistle blower.
Tersangka kasus dugaan korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Komisaris PT Hanson Internasional Benny Tjokrosaputro (kanan) bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (31/1/2020)./ANTARA FOTO-Muhammad Iqbal
Tersangka kasus dugaan korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Komisaris PT Hanson Internasional Benny Tjokrosaputro (kanan) bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (31/1/2020)./ANTARA FOTO-Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu cara mengungkap mega skandal PTJiwasraya yang merugikan keuangan negara hingga Rp13,7 triliun adalah dengan menjadikan tersangka Direktur Utama PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro (Bentjok) menjadi whistle blower.

Demikian dikemukakan oleh Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dimyati Natakusumah terkait kasus jasa asuransi tersebut. Dimyati berharap Benny bisa bersuara dan mengngkap lebih kasus itu secara keseluruhan.

Menurut Dimyati, kasus Jiwasraya merupakan skandal yang sangat besar sehingga tidak mungkin yang bermain di dalamnya hanya satu atau dua orang. Karena itu untuk mengungkapnya, bisa ditelusuri dari waktu perjalanan (time schedule) kasus ini berlangsung.

"Coba saja dilihat time schedule-nya. Di zaman era lalu atau sekarang atau sedang? Nanti akan kelihatan zaman dulu sudah berapa? Ini kan skandal dimana yang yang disikat besar dan akan terlihat siapa pemainnya," kata Dimyati, Selasa (25/2/2020).

Dia mengatakan permainan korupsi besar biasanya melibatkan banyak ‘kaki’. Pemainnya bisa empat hingga lima kaki, termasuk kaki birokrasi.

"Tidak mungkin tanpa direksi, komisaris, eksekutif, legislatif. Enggak mungkin Bentjok itu bermain sendirian. Nah kita mau buka selebar-lebarnya, karena ini merusak negara," tuturnya.

"Kaki kedua adalah kelompok white collar crime. Siapa yang mendadak kaya? Ada apa dan siapa brokernya?"  katanya mempertanyakan.

Kelompok ketiga adalah oknum penegak hukum. Menurutnya, jika penegak hukum berani tegas dan kuat maka tidak mungkin skandal seperti ini terjadi karena semua orang pasti akan takut melakukan penyimpangan.

"Kalau sistemnya bagus enggak mungkin berani," katanya. Sedangkan kaki berikutnya yakni oknum pengawas dan auditor.

"Sekarang dibuka saja siapa pegang uangnya, siapa yang mencatatnya maka oleh sebab itu perlu dibuat Panitia Khusus di DPR. Kalau tidak disepakati maka gak bisa terwujud, ungkapnya.

Menurut Dimyati, pembentukan Pansus akan lebih efektif karena di dalamnya ada sisi keuangan dari Komisi XI, ada yang terkait BUMN, maupun hukum yang menjadi satu dalam Pansus.

Sementara itu anggota PDIP Darmadi Durianto mengatakan pembentukan Pansus bakal sulit terwujud secara politik. Pasalnya, hanya PKS dan Partai Demokrat yang jumlahnya 104 orang yang mendukung, sementara fraksi lainnya hanya menginginkan dibentuk Panitia Kerja (Panja).

Karena itu, dirinya optimistis dengan Panja kasus itu bisa diungkap seuai dengan tujuan semula.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper