Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral India Tinjau Ulang Kerangka Kerja Moneter

Bank sentral India sedang meninjau kerangka kerja di balik pengambilan keputusan kebijakan moneter. Hal ini sebagai respons dari tekanan yang muncul akibat situasi perlambatan ekonomi.
Bank Sentral India/sulekha.com
Bank Sentral India/sulekha.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral India sedang meninjau kerangka kerja di balik pengambilan keputusan kebijakan moneter.

Hal ini sebagai respons dari tekanan yang muncul akibat situasi perlambatan ekonomi. Gubernur Reserve Bank of India (RBI) Shaktikanta Das mengatakan pihaknya sedang meninjau kerangka kerja Monetary Policy Committee (MPC) yang diterapkan sejak beroperasi pada 2016.

"Jika diperlukan kami akan berdiskusi dan berdialog dengan pemerintah," kata Shaktikanta Das, dilansir Bloomberg, Minggu (16/2/2020).

India pada 2016 memperkuat praktik penargetan inflasi dengan membentuk MPC, merombak sistem sebelumnya di mana gubernur RBI memiliki kewenangan memutuskan suku bunga.

Kerangka kerja ini mengamanatkan RBI menjaga inflasi harga konsumen pada angka 4 persen, dan kemungkinan fluktuasi pada rentang 2 persen hingga 6 persen. Dalam kerangka itu, tingkat suku bunga ditentukan oleh mayoritas suara di komite yang beranggotakan enam orang.

Kebijakan komite baru-baru ini menghadapi kritik dari sejumlah ekonom yang meminta peninjauan mengingat tingginya bobot item makanan dalam keranjang inflasi, yang bisa sangat fluktuatif dalam jangka pendek.

Data terbaru menunjukkan inflasi utama India meningkat untuk bulan keenam berturut-turut pada Januari 2020, mencapai angka tertinggi sejak Mei 2014. Kenaikan terutama didorong oleh bahan bakar dan makanan yang lebih mahal.

RBI memangkas suku bunga lima kali tahun lalu, dengan total 135 basis poin, untuk memacu permintaan kredit. Kebijakan itu berhenti pada Desember 2019 setelah inflasi mulai melonjak, dan Index Consumer Price (ICP) naik di atas 7 persen, jauh di atas target bank sentral.

"Kebijakan moneter transmisi secara perlahan dan terus membaik dan seharusnya akan semakin meningkat dalam beberapa bulan mendatang. MPC memutuskan untuk berhenti karena inflasi sangat tinggi," kata Das.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper