Bisnis.com, JAKARTA – Kubu Republik menyambut lolosnya Presiden Donald Trump dari pemakzulan (impeachment) sebagai kemenangan rakyat Amerika Serikat. Mereka juga memuji segala kebijakan dan pencapaian Trump.
Tapi lain di mulut, lain di hati. Di dalam hati mereka justru tersimpan rasa takut. Kurang lebih begitulah menurut Senator Sherrod Brown, anggota Demokrat dari Ohio, melalui kolom opini yang dipublikasikan New York Times.
Bersama dengan rekan lainnya dari Demokrat di Senat, Brown pada Rabu (5/2/2020) waktu setempat memilih untuk menyatakan Trump bersalah atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi upaya penyelidikan Kongres.
Sementara itu, seluruh anggota Republik, kecuali Senator Mitt Romney, memilih membebaskan Trump dari kedua dakwaan tersebut.
Dalam tulisan di New York Times, Brown mengatakan para senator Republik secara pribadi percaya bahwa Trump tidak layak untuk menjabat sebagai presiden. Tapi mereka terlalu takut untuk bertindak.
“Secara pribadi, banyak rekan saya setuju bahwa ia [Trump] ceroboh dan tidak layak. Mereka mengakui kebohongannya. Dan mereka mengakui apa yang dia lakukan salah,” tutur Brown, seperti dilansir Business Insider.
Baca Juga
“Mereka tahu presiden ini telah melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan Richard Nixon. Dan mereka tahu bahwa lebih banyak bukti yang memberatkan kemungkinan akan muncul,” lanjutnya.
Kongres AS menyelidiki keterlibatan Presiden Richard Nixon terkait skandal Watergate antara tahun 1972-1974, tetapi Nixon kemudian memutuskan mengundurkan diri sebelum ia dapat dimakzulkan.
Dalam tulisannya itu, Brown menuduh para anggota Republik tidak termotivasi oleh prinsip dan penilaian bukti yang tidak memihak, melainkan oleh rasa takut.
“Bagi para perwakilan dan senator yang berpandangan untuk mempertahankan posisi dengan segala cara, ketakutan adalah pendorongnya,” ujar Brown.
“Mereka takut Trump akan memberi mereka julukan seperti 'Low Energy Jeb' dan 'Lyin' Ted', atau bahwa ia mungkin akan menuliskan dalam Twitter tentang ketidaksetiaan mereka,” paparnya merujuk pada nama panggilan Trump untuk anggota Republik, Jeb Bush dan Ted Cruz, yang pernah menjadi pesaingnya dalam kampanye pilpres 2016.
Brown juga menyodorkan kemungkinan atas ketakutan mereka menjadi sasaran retorika tanpa henti oleh pendukung Trump di media sosial dan Fox News, jaringan yang populer dan kuat di kalangan pendukung Trump.
Trump diketahui acapkali menuntut kesetiaan total dari para anggota Republik, partai yang juga dihuninya, serta kerap mempermalukan dan menjelekkan kritik dari partai ini di Twitter.
Pada Rabu (5/2), Trump pun mengecam Romney, satu-satunya senator dari Republik yang memilih untuk menyatakannya bersalah, dan menudingnya sebagai "aset rahasia Demokrat".
Seperti diberitakan, dalam pengambilan suara pada Rabu, Senat AS memilih untuk membebaskan Trump dari pasal-pasal pemakzulan yang telah diloloskan oleh Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS.
Pada Desember 2019, DPR menyetujui tuduhan bahwa Trump telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan menekan Ukraina untuk melakukan penyelidikan terhadap pesaing politiknya dari Partai Demokrat, Joe Biden. Trump juga dituduh menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan atas skandal ini.
Senat AS yang dikendalikan Partai Republik memilih Trump tidak bersalah terkait dengan penyalahgunaan kekuasaan dengan perbandingan suara 52-48, dan tak bersalah dalam hal menghalangi Kongres dengan suara 53-47.
Di antara sekian anggota Republik yang mendominasi Senat, hanya Senator Mitt Romney yang beranggapan Trump bersalah karena meminta bantuan politik dari pemerintah Ukraina. Kebanyakan anggota Republik menerima argumen dasar yang dibawakan tim pembela Trump.